Festival Budaya Damai: Sayembara Pembuatan Video Pendek untuk Pelajar SMA/SMK/MA

Materi kegiatan dapat diunduh disini, diantaranya:

1. Poster (A-4, JPG, PDF)
2. Meme kegiatan
3. Meme peserta dan penyelenggara

Tema:

“Bersaudara dalam Perbedaan, Berbeda dalam Persaudaraan”

Sub-tema (pilihan):

1. Kolaborasi lintas agama untuk mengatasi dampak pandemi
2. Gerakan bersama membangun perdamaian berbasis lintas agama dan budaya.
3. Praktik baik toleransi antar umat beragama.

Kemajuan teknologi telah mendorong model dakwah untuk semakin berkembang pesat dan dinamis. Tidak bisa dipungkiri bahwa konten-konten berbau radikal dan, ekstrem sangat cepat menyebar ke semua lini. Apabila dakwah dilakukan dengan metode yang salah, maka agama akan menjadi racun yang akan membunuh kemanusiaan. Karena itu perlu upaya serius untuk mendialogkan esensi agama dengan problem kehidupan riil saat ini. Agama menghadapi situasi yang makin kompleks, seperti munculnya istilah islamopobia, slogan-slogan anti-Kristen, anti-Yahudi, dan sebagainya. Ini tentu bisa memicu gesekan antarumat beragama dan dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi kerukunan dan kedamaian baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Ideologi kekerasan ataupun legitimasi kekerasan terdapat pada semua agama tanpa terkecuali. Dalam Islam, banyak teks-teks suci yang seolah-olah melegitimasi kekerasan yang kemudian dijadikan dasar penggunaan kekerasan oleh sebagian pemeluknya. Memang, tidak semua kekerasan di dunia ini memiliki basis keagamaan, namun dalam kenyataannya banyak sekali kekerasan terjadi atas nama agama. Agama menjadi dalih untuk tindak kekerasan, saling memusuhi, perang. Seolah agama hanya sebatas identitas diri, belum dijadikan sebagai sesuatu yang dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan, kesejahteraan, keamanan, dan kedamaian bagi umat manusia.

Berangkat dari keprihatinan di atas, maka penting menumbuhkan kesadaran bagi generasi millennial agar menjadikan agama sebagai sebuah pegangan, pedoman hidup, dan peraturan yang mengatur manusia untuk tidak melakukan kekacauan menjadi penting. Misalnya media sosial harus menghadirkan konten-konten yang santun dan toleran sesuai konsep Islam rahmatan lil alamin agar tidak terjebak pada ideologi-ideologi yang mengarah pada bentuk-bentuk ekstremisme, radikalisme, dan terorisme yang berakibat pada konflik intra dan antaragama, serta dapat memecah belah bangsa Indonesia. Oleh karena itu, menumbuhkan kesadaran bahwa teks suci mampu memberikan dan menjadi sumber kebijaksanaan dan petunjuk yang kaya dalam dinamika kehidupan, bagi generasi muda merupakan sebuah keniscayaan.

Kegiatan Festival lintas agama ini secara khusus didesain untuk memperkuat sikap moderat dan toleran di kalangan siswa SMA/SMK/Madrasah agar menjadi penangkal tumbuhnya ekstremisme atas nama agama, politik, ras atau apa saja yang didasari perbedaan.

Kegiatan Festival Kerohanian Lintas Agama ini bertujuan untuk:

1. Memperkuat sikap moderat dan toleran di kalangan siswa SMA/SMK/Madrasah
2. Menggugah kesadaran lintas agama di kalangan milenial, serta menambah wawasan peserta tentang kerukunan hidup beragama yang lebih baik serta mendorong kerja sama dalam menjaga kerukunan, toleransi, dan harmoni sosial.
3. Menggali potensi agama-agama yang mendukung kerukunan dan perdamaian, serta melahirkan ide atau gagasan untuk meng-counter ideologi ekstremisme kekerasan.

Menumbuhkan jejaring siswa lintas sekolah dan lintas agama yang bekerjasama dalam mempromosikan dan menyebarkan nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman

Sasaran kegiatan ini adalah pelajar SMA/SMK/MA di seluruh Indonesia.

Bentuk kegiatan berupa  sayembara pembuatan video pendek tentang praktik baik budaya damai berbasis lintas agama dan budaya. Sayembara akan memilih 10 sinopsis terbaik untuk dilanjutkan ke tahap pembuatan video pendek. 10 video pendek yang dibuat peserta akan ditayangkan dan didiskusikan secara luas dan disebar ke media sosial.