Buya Ahmad Syafii Maarif: Menyalakan Nurani Bangsa Lewat Ilmu, Iman, dan Integritas
Dalam lintasan sejarah pemikiran dan perjuangan moral bangsa, nama Buya Ahmad Syafii Maarif tidak hanya tercatat sebagai tokoh bangsa, tetapi juga sebagai penyalur suara nurani yang konsisten memperjuangkan keadilan, persatuan, dan kemanusiaan.
Buya Syafii, sapaan akrab bagi Ahmad Syafii Maarif, adalah seorang cendekiawan Muslim, pendidik, dan tokoh bangsa yang telah mengabdikan hidupnya untuk membangun pemikiran Islam yang mencerahkan, moderat, dan membumi. Lahir di Sumpur Kudus, Sumatera Barat pada 31 Mei 1935, Buya tumbuh dari keluarga sederhana dan ditempa dalam lingkungan pesantren yang kuat nilai spiritual dan sosialnya.
Sepanjang hidupnya, Buya Syafii gigih menyuarakan pentingnya Islam yang inklusif, nasionalisme yang berkeadaban, dan kejujuran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam bukunyaIslam dan Politik: Teori Belah BambuIa kerap menjelaskan bahwa agama harus menjadi energi moral bagi demokrasi dan kemanusiaan, bukan dijadikan alat kekuasaan.
Sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah (1998–2005), Buya memimpin di tengah masa transisi reformasi yang penuh turbulensi. Ia tetap berdiri tegak sebagai penyejuk di tengah kegaduhan politik, menjadikan Muhammadiyah sebagai kekuatan civil society yang kritis sekaligus konstruktif.
Jejak perjuangan Buya Syafii terlihat nyata sejak masa mudanya sebagai aktivis hingga menjelang akhir hayatnya pada 27 Mei 2022 di Yogyakarta. Dari ruang kelas hingga mimbar internasional, dari dusun terpencil hingga Istana Negara, Buya menyalakan gagasan dan integritas.
Buya adalah satu dari sedikit intelektual Indonesia yang tidak tergoda oleh kekuasaan. Ucapannya lugas, kadang tajam, tetapi jernih dan tanpa pamrih. Ia menjadikan kritik sebagai bentuk cinta kepada bangsa. Dalam dirinya berpadu iman, ilmu, dan keberanian moral nilai yang kini semakin langka dalam lanskap kepemimpinan Indonesia.
MAARIF Institute lembaga yang ia ilhami dan didirikan menjadi salah satu penjaga api pemikiran Buya. Melalui riset, advokasi, pendidikan toleransi, dan kerja-kerja sosial, warisan intelektual dan moral Buya terus hidup, menjelma menjadi kekuatan yang membela kaum rentan dan mendidik generasi muda menjadi warga bangsa yang adil dan beradab.
“Berpikir bebas, beriman teguh, dan membela yang lemah itulah jalan Buya.”
Tulisan ini menjadi pengingat bahwa Buya Syafii Maarif bukan hanya milik Muhammadiyah, bukan hanya milik umat Islam, tapi milik bangsa Indonesia yang rindu kejujuran dan kejernihan nurani. Sosok yang kini tiada, namun suaranya abadi. (VP)