Tag Archive for: Google.org

Bukan Sekadar Paham, Konsorsium Tular Nalar Dorong Cara Berpikir Kritis Dengan Luncurkan Situs tularnalar.id

Jakarta, 4 Maret 2021.Melalui dukungan Google.org MAARIF Institute bersama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) dan Love Frankie menginisiasi program Tular Nalar. Sejak tengah 2020 lalu, program ini akan melatih 26.700 guru, dosen, dan guru honorer di 23 kota di Indonesia tentang cara mengidentifikasi dan memerangi misinformasi, selain membekali mereka dengan keterampilan literasi media yang relevan. Untuk menjangkau publik yang lebih luas, Konsorsium Tular Nalar juga meluncurkan situs tularnalar.id untuk memberikan akses kepada dosen, guru, siswa dan publik yang lebih luas untuk bersama-sama belajar melawan misinformasi. Acara daring peluncuran situs tularnalar.id ini memilih konsep Dunia Virtual Reality Tular Nalar yang menyajikan tema galeri seni karya anak bangsa agar dapat mengedukasi publik dengan menyajikan pengalaman visual dengan lebih imersif dan menarik, agar misi Bukan Sekadar Paham dapat tercapai.

Inisiatif ini digagas sebagai respon dari kenyataan bahwa penetrasi internet dan konsumsi media sosial meningkat di Indonesia, sementara tingkat literasi media di kalangan masyarakat masih relatif rendah. Seiring penggunaan internet yang terus berkembang, sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki keterampilan yang tepat guna memahami apa yang mereka konsumsi secara daring, entah itu artikel berita, atau permintaan informasi pribadi mereka. Terlebih di masa pandemi ini, dunia digital juga dipenuhi dengan misinformasi dan disinformasi yang berkaitan dengan dunia kesehatan, pandemi, bahkan pandangan-pandangan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dan cenderung menyesatkan.

Samuel A. Pangerapan, Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI memberikan apresiasi positif dengan kehadiran situs tularnalar.id ini. “Kami menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang terus berjuang bersama pemerintah dalam menanggulangi misinformasi dan disinformasi. Sebagaimana data yang ada, sejak januari tahun 2020 hingga januari 2021 ada sekitar 1500 hoax tentang covid 19, terbayang berapa kerugian dan kekacauan yang terjadi di masyarakat yang mungkin termakan oleh hoax. Oleh karena itu, kami mendukung dengan adanya platform tularnala.id yang diprakarsai oleh MAARIF Institute, MAFINDO, Love Frankie dan didukung oleh Google.org. semoga platform pembelajaran yang bertujuan sebagai sarana edukasi dalam pembekalan keterampilan berfikir kritis ini dapat menciptakan masyarakat yang Tahu, Tanggal dan Tangguh terhadap Hoax.”

Ryan Rahardjo, Head of Public Affairs Southeast Asia, Googlemenambahkan, “Hibah Google.org yang kami berikan untuk MAARIF Institute bekerjasama dengan MAFINDO adalah upaya berkelanjutan kami untuk mendukung organisasi-organisasi yang membantu masyarakat Indonesia dalam melawan misinformasi dan disinformasi khususnya terkait vaksin COVID-19. Memerangi misinformasi dan disinformasi daring terus menjadi tantangan penting dan prioritas utama bagi Google. Kami berharap peluncuran situs Tular Nalar ini dapat membantu mengasah cara berpikir kritis masyarakat agar terhindar dari misinformasi dan disinformasi terutama terkait COVID-19”

Khelmy K Pribadi, Direktur Program MAARIF Institute menyebut “kehadian situs tularnalar.id adalah bentuk komitmen seluruh konsorsium untuk memperluas akses publik pada sumber pembelajaran daring yang dapat meningkatkan keterampilan praktis dosen, guru, siswa dan siapapun untuk bersama-sama meningkatkan kapasitas literasi digital untuk melawan misinformasi, disinformasi dan ujaran kebencian. Situs tularnalar.id menyediakan materi pembelajaran yang kreatif dan interaktif, termasuk didalamnya adalah modul, video, dan kuis-kuis menarik dengan sumber rujukan yang jelas.”

Hal serupa juga disampaikan oleh Juli Binu dari Love Frankie, menyampaikan “Dalam proses penyusunan situs tularnalar.id kami juga melakukan riset kepada para pakar di bidang literasi media untuk dapat memahami tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para pengajar dalam mengajarkan literasi media kepada siswanya, dan kami juga menguji berbagai model kursus online untuk menghasilkan situs yang ramah bagi penggunanya termasuk teman teman disabilitas.”

Sementara itu, Yulita Priyoningsih Sub Koordinator Pembelajaran Khusus, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ditjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud RImenyampaikan, “Program Tular Nalar yang digagas oleh MAARIF Institute merupakan contoh baik implementasi kolaborasi antara Kemdikbud dan Masyarakat dalam rangka meningkatkan literasi media, khususnya media digital untuk mendorong kesadaran akan pentingnya pencegahan penyebarluasan berita-berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Penguatan literasi media bagi dosen-dosen, mahasiswa dan masyarakat luas menjadi salah satu perwujudan tridharma perguruan tinggi. Materi-materi yang disajikan pada laman tularnalar.id sangat baik dalam memberikan pembelajaran kepada masyarakat luas tentang literasi media, komposisi dan fitur-fitur materi menarik yang akan mendorong masyakat untuk lebih memahami makna dari literasi media. Selanjutnya, diharapkan cakupan penerima manfaat dari kolaborasi antara Kemendikbud dan MAARIF Institute dapat dapat diperluas dari sisi jenjang akademik. Digitalisasi materi-materi yang telah disusun oleh tim Tular Nalar, kedepan diharapkan akan dapat memperkaya repositori materi terbuka pada laman spada.kemdikbud.go.id dengan demikian penerima manfaat inisatif baik ini akan lebih luas.”

Ajak generasi muda Kalbar lawan paham intoleransi

Pontianak (ANTARA) – Google.org Indonesia bekerja sama dengan beberapa institusi terkait, mengajak generasi muda melawan paham intoleransi dengan pembuatan konten positif melalui media sosial dalam acara Creatormuda Academy yang dilaksanakan di Hotel Neo Pontianak, Kamis (15/8).

Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abdul Rohim Ghazali menjelaskan 50 persen dari seluruh masyarakat Indonesia adalah pengguna internet, dan sebagian besar berusia muda.

“Dari sekian banyak orang yang menggunakan internet itu, mereka hanya berperan sebagai pengguna. Dalam acara ini, kita akan melatih anak-anak ini untuk menjadi seorang konten kreator melalui media sosial yang ada,” tuturnya.

Ia juga menerangkan, internet sering kali dijadikan media untuk menyebarkan konten-konten negatif seperti berita-berita bohong, paham-paham yang bertentangan dengan ideologi negara, intoleransi, dan radikalisme, yang dapat mempengaruhi orang yang melihatnya. Oleh karena itu, diperlukan pengaruh positif dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada.

“Sekarang ini banyak sekali serbuan dari paham-paham yang tidak sesuai dengan ideologi kita, yang kini telah banyak mempengaruhi generasi muda. Oleh karena itu, diperlukan pengaruh dari remaja kreatif seperti kita untuk melawan paham intoleran tersebut, dengan cara membuat video, artikel, atau bahkan desain grafis dengan konten yang mengajarkan toleransi, kemudian mempublikasikannya ke media sosial,” kata Abdul Rohim Ghazali.

Narasumber lain, Yosi Mokalu juga menjelaskan dalam pembuatan sebuah konten yang baik, harus didasari oleh rasa kepedulian akan sesama, bukan didasari oleh kepentingan diri sendiri dan mengharapkan pengakuan dari orang lain.

“Saat menjadi seorang konten kreator, kalian harus menghasilkan kebahagiaan, saat kita menciptakan sesuatu, harus dilakukan sebagai tanda kepedulian, bukan hanya untuk menghasilkan uang dan pengakuan dari orang lain,” tutur pria yang tergabung dalam grup Youtube Cameo Project ini.

Acara yang diikuti oleh 31 kelompok pelajar tingkat SMA sederajat,  serta berasal dari tiga kota dan kabupaten di Kalimantan Barat ini, nantinya akan diseleksi menjadi 10 tim yang akan mengikuti Boot camp, kemudian kelompok yang dapat menghasilkan konten terbaik akan mendapatkan kesempatan untuk training di Jakarta dan memiliki peluang untuk mengunjungi kantor Google di Singapura.

Creator Muda Academy, mengaktivasi anak muda hasilkan konten positif kreatif

Pontianak (ANTARA) – Maarif Institute, Cameo Project, Peace Generation, Love Frankie dan Yayasan Ruang Guru menggelar Program Creator Muda Academy. Program ini
merupakan bagian dari Project Inspire yang diprakarsai oleh Google.org di Indonesia dengan tujuan mengaktivasi anak muda agar terlibat dalam pembuatan konten-konten positif yang keren.

“Anak muda diajarkan untuk menjadi creator muda yang menghasilkan suatu karya dalam menghadapi ancaman-ancaman, contohnya di lingkungan sekolah yaitu malasnya siswa untuk mengikuti upacara bendera, oleh sebab itu dibutuhkan remaja kreatif agar memberi pengaruh yang positif,” ujar Abd Rohim Ghazali, selaku Direktur Eksekutif Maarif Institute, Kamis.

Ada sepuluh kota besar di Indonesia yang menjadi target program ini, yakni Jakarta, Yogyakarta, Malang, Semarang, Manado, Makassar, Pontianak, Padang, Mataram, dan Bandung. Pontianak merupakan kota ke tujuh. Acara ini juga didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Menkominfo, serta Cyber Kreasi.

Kegiatan tersebut digelar selama dua hari pada 15-16 Agustus 2019. Hari pertama membahas tentang Mading Talks, dan dilanjutkan dengan sesi Bootcamp hingga hari kedua, yang diikuti oleh 10 tim terbaik. Secara keseluruhan, acara tersebut diikuti oleh 155 pelajar SMA/Sederajat dari Singkawang dan Kota Pontianak.

Sementara Direktur Program Maarif Institute, Khelmy K Pribadi mengatakan ada tiga hal yang dibahas saat sesi Mading Talks, yaitu perbedaan, literasi, dan ancaman kekerasan. Semua hal tersebut menjurus untuk menciptakan pemuda memiliki toleransi yang tinggi.

“Anak-anak diharapkan untuk meningkatkan nilai toleransi yang di mana Indonesia memiliki beragam suku dan budaya, adapun hal mengenai nilai membaca baik melalui media buku ataupun gadget harus ditingkatkan supaya kita tidak menjadi penyebar berita hoaks, serta ancaman tentang kekerasan masih banyak terjadi di sini, bahkan di negara maju sekalipun,” ujarnya.

Ia juga menambahkan umumnya seseorang bisa terpengaruh berita hoaks karena adanya rasa khawatir yang berlebih dan dapat menimbulkan ketakutan sehingga orang tersebut tidak bisa berfikir untuk mencari kebenarannya.

Literasi baik digital maupun non digital memiliki tujuan dalam meningkatkan pendidikan karakter yang melibatkan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

“Pentingnya literasi digital bukan berarti kita yang dikuasai oleh alat teknologi tersebut, tapi kita harus mengontrol penggunaannya,” ungkapnya.

Summer: https://kalbar.antaranews.com/berita/388806/creator-muda-academy-mengaktivasi-anak-muda-hasilkan-konten-positif-kreatif