Jakarta, MAARIF Institute, 27 April 2012. Menguatnya radikalisme keagamaan dan tindakan kekerasan di Vintage kalangan pelajar SMU merupakan sebuah keprihatinan bersama. Hal tersebut ditandai oleh munculnya sikap-sikap ekstrem yang menolak ideologi negara dan berbagai simbol kebangsaan. Kita masih temukan misalnya pandangan yang menolak Pancasila, mengharamkan nasionalisme, yang dalam prakteknya dilakukan dengan ホームページをリニューアルしました penolakan terhadap upacara penghormatan bendera. Menurut Buya Ahmad Syafii Maarif, fakta ini telah menodai tujuan pendidikan nasional kita, bahkan lebih jauh merusak bangunan kebangsaan yang telah dirajut sejak lama.
Lebih lanjut, Buya menyatakan, “masalah radikalisme keagamaan dan munculnya kelompok-kelompok radikal pada beberapa dekade terakhir ini, tak lain merupakan satu bentuk pelarian dari kegagalan dalam menghadapi situasi sosial-politik yangterjadi dewasa ini. Dan itu berakar dari ketidakadilan It! struktur sosial, politik, ekonomi bangsa ini.”
Menurut Prof. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kita patut cemas terhadap munculnya radikalisme di kalangan pelajar. Karena kelompok-kelompok radikal telah menjadikan para pelajar sebagai lahan bagi penyebaran doktrin radikal yang mereka miliki. “Siswa-siswi yang masih sangat awam soal pemahaman agama dan secara psikologis tengah mencari identitas diri ini menjadi lahan yang diincar oleh pendukung ideologi radikalisme. Bahkan mereka menyusup ke sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler” ungkapnya.
Bagi Fajar Riza Ul Haq, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, setidaknya ada dua sebab menguatnya radikalisme keagamaan di lingkungan sekolah,pertama, lemahnya penanaman nilai-nilai kemanusiaan dan karakter kebangsaan ! di dalam proses pembelajaran; dankedua, menguatnya penetrasi kelompok radikal melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolahdenganmengajarkan cara pandangan keagamaanhitam-putih, eksklusif, dan ekstrem.
Dua mata pelajaran inti, Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), yang diasumsikan sebagai kunci utama bagi pengembangan pendidikan karakter di sekolah kini dianggap tidak efektif cheap jerseys dalam menginternalisasikan nilai-nilai toleransi, inklusif, dan anti kekerasan.“Pengajaran dua mata pelajaran ini tidak mampu memfilter berbagai infiltrasi sikap-sikap radikal, eksklusif, Hello dan fanatik yang muncul dari berbagai faktor di luar sekolah.” Tegas Fajar.
Kurangnya bahan bacaan alternatif dan jam pelajaran yang sangat terbatas, menjadi sebab utama dua matapelajaran ini tidak maksimal menularkan dan menanamkan nilai-nilai dan karakter kebangsaan di atas.
Untuk merespons masalah tersebut, MAARIF Institutedidukung oleh Kemendikbud RIbekerjasama dengan Dinas Pendidikan di empat kota/kabupaten (Dinas Pendidikan Kota Surakarta, Kota Yogyakarta, Kab. Cianjur, dan Kab. Pandeglang) menggulirkan program “Pendidikan Karakter Untuk Mengarusutamakan Nilai-nilai Toleransi, Inklusifitas, dan Anti Kekerasan”.Salah satu output dari program ini adalah pembuatan Buku Pendidikan Karakter sebagai bagian dari penyediaan dan pengayaan wholesale jerseys bahan bacaan alternatif bagi mata pelajaran PAI dan PKN yang mengarusutamakan karakter kebangsaan, terutama karakter-karakter toleransi, inklusifitas, dan anti kekerasan.
Untuk mensosialisasikan Buku Pendidikan Karakter ini, MAARIF Instituteberinisiatif mendiskusikan sekaligus meluncurkan buku inidihadapan publik, terutama dikalangan guru-guru mata pelajaran PAI dan PKn.Akan hadir pada kesempatan diskusi dan peluncuran buku ini adalah Wamendikbud Prof. Musliar Kasim, Prof. Komarudin Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Hernowo Hasim (Pemerhati Masalah Pendidikan, Penerbit Mizan), dan Fajar Riza Ul Haq (Direktur Eksekutif MAARIF Institute).
Kami berharap peluncuran dan diskusi buku ini dapat membuka kesadaran bersama tentang masalah radikalisme keagamaan yang sedang kita hadapi di dunia pendidikan. Sehinggakita dapatmemperkuat pandangan, pemahaman, dan perilakutoleran, inklusif, non diskriminasi, dan menolak kekerasan di lingkungan sekolah.Diskusiini diharapkan mampu cheap jerseys membekali para gurutentangpentingnya membangun nilai dan karakter peserta didik (siswa) melalui metode yang terbuka, demokratis, dan partisipatif.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!