Pengarang: http://www.rmol.co/

RMOL. Sebanyak 101 peserta Jambore Pelajar Se-Jawa, yang digelar Maarif Institute, menyambangi Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal (Rabu, 23/12). Para pelajar SMA dan Madrasah Aliyah dari 30 kota itu berdialog dengan perwakilan Gereja Katedral dan pengelola Masjid Istiqlal.

Ketua Pelaksana Jambore, Abdullah Daraz, menjelaskan kunjungan para pelajar ke dua tempat ibadah yang merupakan simbol umat Katholik dan Islam itu merupakan salah satu kegiatan Jambore. “Perjumpaan pelajar dengan pengelola Katedral dan Istiqlal menunjukkan pentingnya sikap keterbukaan dan mau belajar dalam meniti jembatan dialog,” ujar Daraz.

Karena, dia menambahkan, tujuan kegiatan tahunan Jambore yang dibuka Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama pada Senin kemarin adalah untuk membangun kesadaran sekaligus melatihkan kecakapan sosial kepada pelajar agar mereka punya kapasitas menjaga kebinekaan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq menjelaskan dialog para peserta Jambore yang kebetulan mayoritas Muslim dengan pengelola Katedral jelang Natal mengirimkan pesan kepada publik bahwa pengalaman bertemu langsung dengan orang berbeda agama sangat penting.

“Proses ini akan mampu meruntuhkan tembok prasangka bahkan kebencian. Kunjungan dan dialog pelajar dengan seorang romo dan imam masjid akan semakin memberikan pengalaman berharga, sangat berguna dalam merawat kebinekaan bangsa yang terus dibayangi intoleransi dan disintegrasi sosial,” tandas Fajar.

Bangsa Indonesia sendiri, kata dia melanjutkan, sudah berhasil menunjukkan kualitas hubungan antarumat beragama yang membanggakan dalam beberapa tahun terakhir, utamanya terkait kondusivitas perayaan hari besar keagamaan. “Ini wajah negeri kita yang menyejukkan meskipun selalu ada riak-riak dari realitas perbedaan,” ucapnya.

Menurutnya, polemik hukum mengucapkan selamat Natal tidak perlu dipertajam selama masing-masing umat beragama saling menghargai. Kedewasaan dalam bergaul itu mutlak jika bangsa ini berkomitmen pada prinsip kebinekaan yang otentik. Karena itu masing-masing umat beragama tidak usah terpancing oleh beragam broadcast bernada memecah belah jelang Natal ini.

“Kita harus terus mengedepankan nilai-nilai moralitas publik dan praktek kesalehan sosial dalam berinteraksi tanpa terjatuh pada fanatisme agama yang membutakan. Kita perlu bercermin pada tauladan para tokoh bangsa terdahulu, yang tetap menjaga persahabatan meskipun berbeda prinsip dan pilihan politik,” demikian Fajar Riza Ul Haq. [zul]

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 × 2 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.