Jakarta – Maarif Institute memandang adanya kekeliruan dalam memahami doktrin dan ajaran Islam. Hal itu kemudian memicu timbulnya aksi teror dan radikalisme yang mengatasnamakan Islam.
Maarif Institute meluncurkan buku berjudul ‘Reformulasi Ajaran Islam: Jihad, Khilafah, dan Terorisme’ yang ditulis oleh 21 tokoh muda Muhammadiyah dan cendekiawan muslim. Judul buku ini memang terdengar kontroversial, bahkan oleh para penulisnya sendiri.
Dr Izza Rohman mengaku agak terusik saat membaca judul buku itu. Cendekiawan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka yang juga merupakan salah satu penulis buku itu menilai judul buku tersebut terkesan membenarkan terorisme sebagai ajaran Islam.
“Judul itu mungkin tidak membantu disasosiasi Islam dan terorisme, antara jihad dan terorisme,” ujarnya di Gedung Dewan Dakwah PP Muhammadiyah, Jl Menteng Raya, Jakarta Pusat, Kamis (16/3/2017) malam.
Dia menilai ada yang menarik pada bahasan mengenai jihad. Menurutnya, para pelaku teror tidak tertarik pada diskusi-diskusi terhadap pemahaman kitab suci Al-Quran.
“Para teroris itu menggunakan teori yang sangat problematik, yaitu menggunakan satu wahyu tanpa memandang wahyu lain. Mereka menganggap Al-Quran sebagai lisensi untuk melakukan kekerasan. Padahal jihad yang paling utama itu adalah jihad untuk menyampaikan kandungan Al-Quran, bukan dengan perang,” imbuhnya.
Sementara itu, penulis lain yang sekaligus cendekiawan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Debbie Affianty, menyoroti tren global perempuan yang menjadi pelaku teror. Menurutnya, ada perbedaan antara teroris dan ‘jihadis’.
“Teroris itu lebih berhaluan ideologi marxis dan sekuler-nasionalis. Kalau ‘jihadis’ lebih pada cara mereka memanipulasi ayat Al-Quran dalam melancarkan aksinya,” katanya.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!