JATENGONLINE, SUKOHARJO – Fakta menyajikan bahwa terorisme, radikalisme dan ekstrimisme ternyata belum benar-benar padam di Indonesia. Hal tersebut merupakan tanggungjawab seluruh masyarakat Indonesia secara bersama untuk menangkal ideologi yang terbukti merusak tatanan bangsa kita ini, ideologi tersebut anti terhadap perbedaan dan menerapkan kekerasan hal itu apabila disentil dengan kepentingan politik maka akan meluas.

Seperti disampaikan Muhamad Abdullah Darraz, Direktur Eksekutif Maarif Institute, yang menyatakan bila dibiarkan terorisme, radikalisme dan ekstrimisme akan merajalela. “Seperti diketahui, siapapun saat ini mengenal ungkapan teroris. Bahkan anak kecil pun mampu menggunakan istilah teroris, bila ada pihak yang ekstrim dan tidak sepaham dengan ajaran agama yang diketahuinya ia bisa menyebutnya sebagai teroris. Padahal kan tidak seperti itu, ini yang harus diluruskan.” Ungkap Abdullah Darraz, dalam acara bedah buku “Narasi Fikih Antiterorisme Dari Deradikalisasi Ke Jalan Moderasi”, yang digelar Jumat (5/5/2017) di Gedung Siti Walidah UMS, Sukoharjo.

Darraz menyampaikan bahwa buku ini bisa memberikan pemahaman sekaligus untuk menangkal berbagai aksi teroris yang terjadi. Dalam buku tersebut bertujuan untuk menyadarkan pentingnya mengedukasi masyarakat Indonesia agar tidak terbawa arus dari ideologi anti perbedaan, anti Pancasila dan menerapkan kekerasan.

Pembicara lain, Kombes Pol Heri Santoso Kabag Reskrim Polda Jateng, menyatakan siap dan selalu bergerak untuk melakukan deteksi, preventif dan preventif dalam menangani teroris.

“Pendekatan yang dilakukan oleh Kepolisian dalam mencegah terorisme yaitu dengan 2 cara yaitu bersifat lunak dengan program deradikalisasi yaitu merubah paham radikal sasaranya adalah para pelaku teror/napi teror dan kontra radikalisasi sasaranya adalah orang orang yang belum terpengaruh dengan paham radikal, satu lagi dengan penegakkan hukum, sasaranya adalah orang orang yang sudah terindikasi akan melaksanakan aksi teror.

“Secara nyata pelaksanaan deradikalisasi yaitu harus ada pendekatan secara sosial dan ekonomis serta memberikan pemahaman dilakukan dengan aparat kepolisian dan melalui tokoh agama , para pelaku yang telah melakukan aksi pasti dikucilkan oleh masyarakat sehingga Polri berperan aktif dalam membantu pendekatan kepada masyarakat.” Tandas Kombespol Heri Santoso.

Bedah Buku yang di selenggarakan oleh DPD IMM Jateng bekerja sama dengan UMS ini diikuti sekitar 200 peserta dari mahasiswa dan umum. Dijelaskan Ketua Penyelenggara Saefudin Zuhri (Asisten Program maarif Institute), bedah buku seperti ini merupakan suatu upaya,sebagai langkah dan memberikan pengertian agar tetap terjaga dari pengaruh ajaran radikalisme. “Dalam silahturahmi ini kita buktikan bahwa Islam yang moderat, Islam yang eksklusif Islam itu tidak terkait dengan ajaran radikalisme,” ungkap Saefudin Zuhri.

Hadir pula dalam kegiatan tersebut Dr Muhamd Dai (Wakil Rektor UMS), KH Ahmad Daroji (MUI Jateng), dan Abu Rahmad (MUI Jateng). (jia)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

18 − 14 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.