Pengarang: http://print.kompas.com

JAKARTA, KOMPAS — Maarif Institute mementaskan teater berjudul “Fundamentalis Insyaf” di gedung Pusat Perf?ilman Haji Usmar Ismail di Jakarta, Kamis (5/11) malam. Pertunjukan yang disutradarai Djaduk Ferianto bersama tim kreatif Butet Kartaredjasa dan Agus Noor ini dihelat dalam rangka mensyukuri 80 tahun mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif.

Dalam pementasan teater ini, Maarif Institute menggandeng Padepokan Seni Bagong Kusudiarjo dan Kelompok Musik Kua Etnika. Sejumlah seniman terlibat dalam produksi teater ini, seperti Djaduk Ferianto sebagai sutradara, serta Butet Kartaredjasa dan Agus Noor sebagai tim kreatif. Disajikan kolaborasi seni tari, musik, dan grafis dengan medium multimedia digital.

Seperti biasanya, Butet, Agus Noor, dan Djaduk ?menyajikan pementasan yang segar dan penuh tawa. Candaan khas Yogyakarta tak pernah luput. Pementasan mengambil gaya narasi, yang diperankan aktor teater Whani Darmawan.

Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq mengatakan, cuplikan perjalanan hidup seorang Syafii Maarif dapat menjadi pembelajaran bersama, utamanya generasi muda. Apalagi, saat ini muncul ancaman fundamentalisme agama dan sektarianisme yang memicu kebencian, kekerasan, bahkan konflik.

“Bagi kami, inspirasi Buya (sapaan Syafii Maarif) sangatlah luar biasa. Buya jauh dari pamrih,” katanya. Pementasan teater ini mensyukuri 80 tahun Buya yang masih produktif dan terus menulis untuk orang banyak. ?

?Negara Islam

“Fundamentalis Insyaf” dalam judul teater ini merujuk kisah Buya pada akhir tahun 1970-an. Kala itu, ia memimpikan berdirinya negara Islam di Indonesia. Dia sangat mengidolakan Al Maududi yang menjadi rujukan gerakan-gerakan fundamentalisme (politik) Islam.

Fundamentalis itu akhirnya insaf ketika mengenyam pendidikan di Chicago, AS, 1980, serta berkenalan dengan Fazrul Rahman dan sumber bacaan yang luas. Ia lantas meyakini, negara Islam tidak diperlukan lagi, tetapi moral Islam dan kemanusiaan harus menyinari masyarakat luas. Cita-cita negara Islam sudah usang, tidak realistis, dan halusinasi politik yang sia-sia.

Fajar mengatakan, pentas teater ini merupakan ijtihad Maarif Institute untuk terus menyebarkan pemahaman keislaman yang bersemangat keindonesiaan yang majemuk. (IVV/MHF)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

19 − 7 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.