SEMARANG, suaramerdeka.com – Direktur Program Maarif Institute, Muhd. Abdullah Darraz menyebut, program Halaqah Fikih Antiterorisme dihelat guna melahirkan satu rumusan pemahaman yang lebih utuh dan kritis dalam memaknai ulang doktrin-doktrin kunci yang bersumber dari Alquran dan Hadist.
“Ada kebutuhan sebuah rumusan pandangan keagamaan yang kontekstual, kritis, dan operasional serta memiliki perspektif HAM untuk menyikapi persoalan terorisme kontemporer. Apalagi hal ini telah secara meluas dikampanyekan oleh kelompok ekstremis yang tergabung dalam ISIS. Mereka dengan piawai melakukan kampanye kekerasan melalui berbagai media sosial,” tutur Daraz.
Lebih lanjut, Darraz menjelaskan bahwa kegiatan yang direncanakan berlangsung sejak Selasa pagi hingga Kamis ini akan dihadiri sejumlah ulama, intelektual, perwakilan pemerintah, dan aktifis HAM yang selama ini memiliki perhatian pada isu terorisme.
Di antara narasumber yang akan hadir dalam halaqah ini adalah M. Busyro Muqoddas (Ketua PP Muhammadiyah), Azyumardi Azra (Cendekiawan Muslim), Komjen (Pol) Tito Karnavian (Kepala BNPT), Al Yasa Abubakar (Ketua Muhammadiyah Aceh), Falahuddin (Ketua Muhammadiyah NTB), dll.
Kehadiran Luhut dan Tito dalam pertemuan para ulama Muhammadiyah ini terasa istimewa mengingat sikap kritis Muhammadiyah terhadap kasus kematian Siyono.
“Mengabaikan peran Muhammadiyah jelas tidak menguntungkan pemerintah, pun memusuhi pemerintah bukanlah cara organisasi ini berdakwah. Kemauan kedua pihak untuk berdialog sangat positif, ini kabar buruk bagi pihak-pihak yang ingin membenturkan Muhammadiyah dengan agenda pemerintah memberantas terorisme,” tandas Fajar.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!