JAKARTA – Umat Islam di Indonesia seharusnya dapat melihat fenomena keragaman di masyarakat dengan sudut pandang fikih di mana dapat mendorong hubungan sosial yang harmonis, tanpa diskriminasi, dan memperkuat demokratisasi dengan landasan normatif religius.
Hal itu diungkapkan Wawan Gunawan Abdul Hamid, penulis dan editor buku Fikih Kebinekaan; Pandangan Islam Indonesia Tentang Umat, Kewargaan, dan Kepemimpinan Non-Muslim dalam acara peluncuran buku tersebut di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (20/8/2015) malam.
“Saya harus segera katakan terlebih dahulu, bahwa sering kali kita itu berbeda dalam memahami agama, bahkan ekspresi agama kita itu berbeda, boleh jadi sebabnya simpel, karena cara membaca kita tak sama. Perbedaan bacaan itulah yang menghasilkan pemahaman ajaran Islam yang beragam itu,” jelas Wawan.
Peluncuran buku yang dikemas dalam sebuah diskusi itu juga menghadirkan Sekretais Umum PP Muhammadiyah Abdul Muthi, dan Sekretaris Dewan Syariah PKS Bukhori Yusuf. Selain itu, hadir juga Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir yang memberikan sambutan dalam acara itu.
Wawan menambahkan, toleransi antarumat beragama itu telah ditunjukkan Nabi Muhammad SAW saat telah hijrah ke Madinah yang kala itu masih bernama Yatsrib. Bahkan penunjuk jalan Rasulullah saat hijrah menuju Madinah merupakan orang non-muslim yang disewa nabi dengan profesional.
“Saya bersepakat, kalau ada penelitian yang mengatakan bahwa Islam di Indonesia itu hampir sama dengan adalah kondisi di Yatsrib itu, di mana beragam ajaran Agama ada disana. Sama hal dengan Indonesia di mana ada Kristen, Hindu, Budha, dan lainnya yang sama-sama kebinekaannya untuk membangun visi misi Indonesia raya,” ungkap Wawan.
Untuk diketahui ada tiga pembahasan dalam buku ini yang sebelumnya diperkenalkan dalam acara Muktamar Muhammadiyah ke 47 dan Muktamar Satu Abad Aisyiyah, di Makassar, Sulawesi Selatan pada 3 Agustus 2015. Selain kajian fikih muamalah (hubungan sosial) dan fikih siyasah (politik), buku ini membahas hubungan antaragama dan kepemimpinan non-muslim dalam masyarakat yang majemuk.
Sekitar 16 penulis terlibat dalam penulisan buku ini dengan sub-judulnya masing-masing. Ahmad Syafii Maarif atau Buya Maarif yang merupakan salah seorang tokoh Muhammadiyah ikut memberikan pengantar dalam buku ini.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!