Pengarang: http://icrp-online.org

JAKARTA, ICRP – Memperingati 80 tahun Buya Syafii Maarif, Maarif Institute menyelenggarakan pementasan teater bertajuk “Fundamentalis Insyaf”.  Pertunjukan dengan durasi kurang lebih 1,5 jam ini diselenggarakan di Pusat Perfilman H. Umar Ismail (PPHUI), Kuningan Jakarta Selatan. Cerita dalam lakon ini terinspirasi dari perjalanan hidup Ahmad Syafii Maarif Sendiri.

“Pertunjukan “Fundamentalis Insyaf” mengungkap sebuah pergulatan pemikiran tokoh yang pada awalnya menggadang-gadang Negara Islam,” ungkap Manajer Islam dan Media Maarif Institute, Helmy K. Pribadi dalam rilis, Kamis (5/11).

Namun pada perjalanan intelektualnya, Syafii Maarif mengalami turning poin ketika “mengaji” di Uwak Sam. Tidak lain dan tidak bukan adalah inteletktual asal Pakistan Fazrul Rahman yang mengubah jalan hidup mantan ketum Muhammadiyah ini. Pada akhirnya, Syafii meyakini bahwa negara Islam tidak diperlukan lagi tetapi moral Islam dan Kemanusiaan harus menyiari masyarakat luas.

Rukman Rosadi yang memerankan Syafii Maarif dengan cemerlang menggambarkan pergulatan intelektual sang “Muadzin dan Makkah Darat” itu. Dengan suara yang nyaris mirip dengan sosok yang digambarkan, Rukman Rosadi tampil memukau hadirin malam itu. Ia pun mengutip salah satu ujaran Buya Syafii Maarif pasca “tercerahkan”.

“Jangan ekstrim anti sesuatu. Sebab Barat-Timur milik Allah. Kearifan tidak bersifat BArat ataupun Timur, melainkan universal,” ucap sang tokoh meniru quote dari Buya Syafii Maarif.

Namun, yang tak kalah menarik dari pertunjukan tadi malam adalah banyolan dari Butet Kertaradjasa dan Whani Darwaman. Berkali-kali hadirin dibuat terpingkal-pingkal karena saking kocaknya aksi mereka berdua. Tak jarang pula, kedua aktor ini menyuguhkan satir-satir berkualitas. Senayan dan Istana kerap jadi bahan guyonan.

Dalam pementasan “Fundamentalis Insyaf”, Maarif Institute menggandenga Padepokan Seni Bagong Kussudiarjo dan kelompok Musik Etnika dalam penggarapannya. Beberapa seniman terkemuka terlibat dalam produksi teater ini, di antaranya adalah Djaduk Ferianto selaku sutradara dan Butet Kertaradjasa serta Agus Noor yang bertindak sebagai tim kreatif. Tak hanya seni teater, dalam pementasan juga disajikan kolaborasi seni tari, musi, dan grafis dengan medium multimedia digital. Pertunjukan ini melibatkan tidak kurang dari 40 seniman.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

two × five =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.