Tag Archive for: google

Bukan Sekadar Paham, Konsorsium Tular Nalar Dorong Cara Berpikir Kritis Dengan Luncurkan Situs tularnalar.id

Jakarta, 4 Maret 2021.Melalui dukungan Google.org MAARIF Institute bersama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) dan Love Frankie menginisiasi program Tular Nalar. Sejak tengah 2020 lalu, program ini akan melatih 26.700 guru, dosen, dan guru honorer di 23 kota di Indonesia tentang cara mengidentifikasi dan memerangi misinformasi, selain membekali mereka dengan keterampilan literasi media yang relevan. Untuk menjangkau publik yang lebih luas, Konsorsium Tular Nalar juga meluncurkan situs tularnalar.id untuk memberikan akses kepada dosen, guru, siswa dan publik yang lebih luas untuk bersama-sama belajar melawan misinformasi. Acara daring peluncuran situs tularnalar.id ini memilih konsep Dunia Virtual Reality Tular Nalar yang menyajikan tema galeri seni karya anak bangsa agar dapat mengedukasi publik dengan menyajikan pengalaman visual dengan lebih imersif dan menarik, agar misi Bukan Sekadar Paham dapat tercapai.

Inisiatif ini digagas sebagai respon dari kenyataan bahwa penetrasi internet dan konsumsi media sosial meningkat di Indonesia, sementara tingkat literasi media di kalangan masyarakat masih relatif rendah. Seiring penggunaan internet yang terus berkembang, sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki keterampilan yang tepat guna memahami apa yang mereka konsumsi secara daring, entah itu artikel berita, atau permintaan informasi pribadi mereka. Terlebih di masa pandemi ini, dunia digital juga dipenuhi dengan misinformasi dan disinformasi yang berkaitan dengan dunia kesehatan, pandemi, bahkan pandangan-pandangan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dan cenderung menyesatkan.

Samuel A. Pangerapan, Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI memberikan apresiasi positif dengan kehadiran situs tularnalar.id ini. “Kami menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang terus berjuang bersama pemerintah dalam menanggulangi misinformasi dan disinformasi. Sebagaimana data yang ada, sejak januari tahun 2020 hingga januari 2021 ada sekitar 1500 hoax tentang covid 19, terbayang berapa kerugian dan kekacauan yang terjadi di masyarakat yang mungkin termakan oleh hoax. Oleh karena itu, kami mendukung dengan adanya platform tularnala.id yang diprakarsai oleh MAARIF Institute, MAFINDO, Love Frankie dan didukung oleh Google.org. semoga platform pembelajaran yang bertujuan sebagai sarana edukasi dalam pembekalan keterampilan berfikir kritis ini dapat menciptakan masyarakat yang Tahu, Tanggal dan Tangguh terhadap Hoax.”

Ryan Rahardjo, Head of Public Affairs Southeast Asia, Googlemenambahkan, “Hibah Google.org yang kami berikan untuk MAARIF Institute bekerjasama dengan MAFINDO adalah upaya berkelanjutan kami untuk mendukung organisasi-organisasi yang membantu masyarakat Indonesia dalam melawan misinformasi dan disinformasi khususnya terkait vaksin COVID-19. Memerangi misinformasi dan disinformasi daring terus menjadi tantangan penting dan prioritas utama bagi Google. Kami berharap peluncuran situs Tular Nalar ini dapat membantu mengasah cara berpikir kritis masyarakat agar terhindar dari misinformasi dan disinformasi terutama terkait COVID-19”

Khelmy K Pribadi, Direktur Program MAARIF Institute menyebut “kehadian situs tularnalar.id adalah bentuk komitmen seluruh konsorsium untuk memperluas akses publik pada sumber pembelajaran daring yang dapat meningkatkan keterampilan praktis dosen, guru, siswa dan siapapun untuk bersama-sama meningkatkan kapasitas literasi digital untuk melawan misinformasi, disinformasi dan ujaran kebencian. Situs tularnalar.id menyediakan materi pembelajaran yang kreatif dan interaktif, termasuk didalamnya adalah modul, video, dan kuis-kuis menarik dengan sumber rujukan yang jelas.”

Hal serupa juga disampaikan oleh Juli Binu dari Love Frankie, menyampaikan “Dalam proses penyusunan situs tularnalar.id kami juga melakukan riset kepada para pakar di bidang literasi media untuk dapat memahami tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para pengajar dalam mengajarkan literasi media kepada siswanya, dan kami juga menguji berbagai model kursus online untuk menghasilkan situs yang ramah bagi penggunanya termasuk teman teman disabilitas.”

Sementara itu, Yulita Priyoningsih Sub Koordinator Pembelajaran Khusus, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ditjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud RImenyampaikan, “Program Tular Nalar yang digagas oleh MAARIF Institute merupakan contoh baik implementasi kolaborasi antara Kemdikbud dan Masyarakat dalam rangka meningkatkan literasi media, khususnya media digital untuk mendorong kesadaran akan pentingnya pencegahan penyebarluasan berita-berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Penguatan literasi media bagi dosen-dosen, mahasiswa dan masyarakat luas menjadi salah satu perwujudan tridharma perguruan tinggi. Materi-materi yang disajikan pada laman tularnalar.id sangat baik dalam memberikan pembelajaran kepada masyarakat luas tentang literasi media, komposisi dan fitur-fitur materi menarik yang akan mendorong masyakat untuk lebih memahami makna dari literasi media. Selanjutnya, diharapkan cakupan penerima manfaat dari kolaborasi antara Kemendikbud dan MAARIF Institute dapat dapat diperluas dari sisi jenjang akademik. Digitalisasi materi-materi yang telah disusun oleh tim Tular Nalar, kedepan diharapkan akan dapat memperkaya repositori materi terbuka pada laman spada.kemdikbud.go.id dengan demikian penerima manfaat inisatif baik ini akan lebih luas.”

Refleksikan Hari Kemerdekaan, MAARIF Institute Gelar Creator Muda Academy di Pontianak

PONTIANAK – Dalam rangka merefleksikan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ke-74, MAARIF Institute menggalakkan literasi digital di Pontianak, Kalimantan Barat.

Literasi ini dibingkai dalam sebuah kegiatan bertajuk Creatormuda Academy, sebuah platform pembelajaran dan advokasi offline untuk siswa SMA/sederajat tentang Keindonesiaan, Keragaman, dan Literasi Media.

Melalui program ini, diharapkan lahir para konten kreator muda yang menyampaikan pandangan tentang keindonesiaan dan keragaman, sebagai salah satu upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

“Kegiatan ini mempertemukan 150-an pelajar SMA/sederajat untuk mengikuti sesi Mading Talks. Nah, nanti 10 tim terbaik berkesempatan untuk mengikuti sesi Booth Camp yang berupa pelatihan pembuatan konten positif bersama para pelatih yang berpengalaman di bidang menulis, desain grafis, fotografi, dan videografi. Pelatihan tersebut akan bermuara kepada produksi konten di madingsekolah.id yang kami sediakan,” ujar Khelmy K. Pribadi, Direktur Program MAARIF Institute

Khelmy menyebutkan bahwa kegiatan ini terselenggara atas kerjasama MAARIF Institute dengan Peace Generation, Cameo Project, Love Frankie, dan Yayasan Ruang Guru.

Sementara itu, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd Rohim Ghazali, menyampaikan bahwa acara yang digelar di Hotel NEO Gajah Mada Pontianak pada 15-16 Agustus 2019 ini merupakan gelaran ke-7 dari 10 kota yang direncakan.

Ke-10 kota tersebut adalah Jakarta, Yogyakarta, Malang, Semarang, Manado, Makassar, Pontianak, Padang, Mataram, dan Bandung. Selain menyampaikan informasi tersebut, Rohim juga berharap anak muda dapat turut terlibat dalam mempertahankan perjuangan kemerdekaan bangsa melalui produksi konten-konten positif. 

“Berbagai ide segar dan kreatif yang berasal dari anak muda perlu diarahkan dalam bentuk konten-konten positif dan diunggah ke media sosial. Karena demikian untuk konteks sekarang ini. Untuk itu, kami dari MAARIF Institute bersama yang lainnya menginisi Creatormuda Academy ini dan menyediakan platform online dalam madingsekolah.id,” pungkasnya.

Dalam kegiatan ini, Yosi “Project Pop” Mokalu yang tergabung dalam Cameo Project hadir sebagai narasumber Mading Talks. Yosi menyebutkan bahwa pelajar tidak hanya berperan sebagai content creator, namun lebih dari itu mesti memproduksi konten-konten positif dan menyebarkan konten-konten tersebut.

“Konten keren hari ini adalah konten-konten positif yang memuat nilai-nilai kebinekaan, anti kekerasan dan membangun semangat optimisme anak muda. Jangan hanya membuat. Jangan terhenti di sana. Tapi perlu juga untuk disebarluaskan,“ ungkap Yosi.



Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Refleksikan Hari Kemerdekaan, MAARIF Institute Gelar Creator Muda Academy di Pontianak, https://pontianak.tribunnews.com/2019/08/15/refleksikan-hari-kemerdekaan-maarif-institute-gelar-creator-muda-academy-di-pontianak.
Penulis: Mia Monica
Editor: Madrosid


Ajak generasi muda Kalbar lawan paham intoleransi

Pontianak (ANTARA) – Google.org Indonesia bekerja sama dengan beberapa institusi terkait, mengajak generasi muda melawan paham intoleransi dengan pembuatan konten positif melalui media sosial dalam acara Creatormuda Academy yang dilaksanakan di Hotel Neo Pontianak, Kamis (15/8).

Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abdul Rohim Ghazali menjelaskan 50 persen dari seluruh masyarakat Indonesia adalah pengguna internet, dan sebagian besar berusia muda.

“Dari sekian banyak orang yang menggunakan internet itu, mereka hanya berperan sebagai pengguna. Dalam acara ini, kita akan melatih anak-anak ini untuk menjadi seorang konten kreator melalui media sosial yang ada,” tuturnya.

Ia juga menerangkan, internet sering kali dijadikan media untuk menyebarkan konten-konten negatif seperti berita-berita bohong, paham-paham yang bertentangan dengan ideologi negara, intoleransi, dan radikalisme, yang dapat mempengaruhi orang yang melihatnya. Oleh karena itu, diperlukan pengaruh positif dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada.

“Sekarang ini banyak sekali serbuan dari paham-paham yang tidak sesuai dengan ideologi kita, yang kini telah banyak mempengaruhi generasi muda. Oleh karena itu, diperlukan pengaruh dari remaja kreatif seperti kita untuk melawan paham intoleran tersebut, dengan cara membuat video, artikel, atau bahkan desain grafis dengan konten yang mengajarkan toleransi, kemudian mempublikasikannya ke media sosial,” kata Abdul Rohim Ghazali.

Narasumber lain, Yosi Mokalu juga menjelaskan dalam pembuatan sebuah konten yang baik, harus didasari oleh rasa kepedulian akan sesama, bukan didasari oleh kepentingan diri sendiri dan mengharapkan pengakuan dari orang lain.

“Saat menjadi seorang konten kreator, kalian harus menghasilkan kebahagiaan, saat kita menciptakan sesuatu, harus dilakukan sebagai tanda kepedulian, bukan hanya untuk menghasilkan uang dan pengakuan dari orang lain,” tutur pria yang tergabung dalam grup Youtube Cameo Project ini.

Acara yang diikuti oleh 31 kelompok pelajar tingkat SMA sederajat,  serta berasal dari tiga kota dan kabupaten di Kalimantan Barat ini, nantinya akan diseleksi menjadi 10 tim yang akan mengikuti Boot camp, kemudian kelompok yang dapat menghasilkan konten terbaik akan mendapatkan kesempatan untuk training di Jakarta dan memiliki peluang untuk mengunjungi kantor Google di Singapura.

Creator Muda Academy, mengaktivasi anak muda hasilkan konten positif kreatif

Pontianak (ANTARA) – Maarif Institute, Cameo Project, Peace Generation, Love Frankie dan Yayasan Ruang Guru menggelar Program Creator Muda Academy. Program ini
merupakan bagian dari Project Inspire yang diprakarsai oleh Google.org di Indonesia dengan tujuan mengaktivasi anak muda agar terlibat dalam pembuatan konten-konten positif yang keren.

“Anak muda diajarkan untuk menjadi creator muda yang menghasilkan suatu karya dalam menghadapi ancaman-ancaman, contohnya di lingkungan sekolah yaitu malasnya siswa untuk mengikuti upacara bendera, oleh sebab itu dibutuhkan remaja kreatif agar memberi pengaruh yang positif,” ujar Abd Rohim Ghazali, selaku Direktur Eksekutif Maarif Institute, Kamis.

Ada sepuluh kota besar di Indonesia yang menjadi target program ini, yakni Jakarta, Yogyakarta, Malang, Semarang, Manado, Makassar, Pontianak, Padang, Mataram, dan Bandung. Pontianak merupakan kota ke tujuh. Acara ini juga didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Menkominfo, serta Cyber Kreasi.

Kegiatan tersebut digelar selama dua hari pada 15-16 Agustus 2019. Hari pertama membahas tentang Mading Talks, dan dilanjutkan dengan sesi Bootcamp hingga hari kedua, yang diikuti oleh 10 tim terbaik. Secara keseluruhan, acara tersebut diikuti oleh 155 pelajar SMA/Sederajat dari Singkawang dan Kota Pontianak.

Sementara Direktur Program Maarif Institute, Khelmy K Pribadi mengatakan ada tiga hal yang dibahas saat sesi Mading Talks, yaitu perbedaan, literasi, dan ancaman kekerasan. Semua hal tersebut menjurus untuk menciptakan pemuda memiliki toleransi yang tinggi.

“Anak-anak diharapkan untuk meningkatkan nilai toleransi yang di mana Indonesia memiliki beragam suku dan budaya, adapun hal mengenai nilai membaca baik melalui media buku ataupun gadget harus ditingkatkan supaya kita tidak menjadi penyebar berita hoaks, serta ancaman tentang kekerasan masih banyak terjadi di sini, bahkan di negara maju sekalipun,” ujarnya.

Ia juga menambahkan umumnya seseorang bisa terpengaruh berita hoaks karena adanya rasa khawatir yang berlebih dan dapat menimbulkan ketakutan sehingga orang tersebut tidak bisa berfikir untuk mencari kebenarannya.

Literasi baik digital maupun non digital memiliki tujuan dalam meningkatkan pendidikan karakter yang melibatkan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

“Pentingnya literasi digital bukan berarti kita yang dikuasai oleh alat teknologi tersebut, tapi kita harus mengontrol penggunaannya,” ungkapnya.

Summer: https://kalbar.antaranews.com/berita/388806/creator-muda-academy-mengaktivasi-anak-muda-hasilkan-konten-positif-kreatif

KSP: Anak Muda Teladan Persatuan Indonesia

JAKARTA – Anak muda merupakan teladan terwujudnya persatuan di negeri ini. Pernyataan itu disampaikan Deputi V Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-Isu Politik, Hukum, Pertahanan, Keamanan, dan HAM Strategis Kepala Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani saat membuka program literasi digital bertajuk ‘Creator Muda Academy yang diselenggarakan oleh MAARIF Institute for Culture and Humanity dan Google.org’ di Semarang, 25 April 2019.

Pasca perhelatan Pemilihan Umum 2019, residu dari perbedaan pilihan politik mulai bermunculan, baik di tatanan kehidupan bermasyarakat sehari-hari, maupun di media sosial. Hal tersebut jelas dapat mengganggu tatanan dasar negara Indonesia sebagai negara yang menghargai dan menghormati perbedaan.

Kondisi demikian mengkonfirmasi urgensi untuk memperkuat dan menerapkan nilai Pancasila dan Kebhinnekaan dalam kehidupan sehari-hari. Generasi muda berada dalam posisi yang strategis untuk menjalankan peran penguatan dan penerapan tersebut dan menjadi contoh bahwa pesta demokrasi yang telah dijalankan seharusnya dapat kita rayakan dengan bersatu kembali.

“Antara 10 hingga 20 tahun lagi, anak-anak muda yang akan memimpin negara ini. Oleh karena itu, logika kita perlu dibalik, bukan hanya orang tua yang bisa memberikan teladan, anak muda pun juga bisa.” ungkap Jaleswari.

Menurut Jaleswari, dengan posisi strategis sebagai penentu arah bangsa di masa depan tersebut, kaum muda memiliki peran vital untuk turut serta menjaga dan merawat persatuan di tengah-tengah menghangatnya suhu politik di berbagai lapisan masyarakat. Selain daripada itu, Jaleswari menilai bahwa generasi muda memiliki karakteristik dan cara tersendiri melalui ide-ide, kreativitas dan idealismenya yang dapat menjadi kekuatan dalam menegaskan komitmen akan Indonesia yang tetap bersatu pasca perhelatan pesta demokrasi 5 tahunan tersebut.

Program literasi digital ‘Creator Muda Academy’ sebelumnya sudah diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia dan akan merambah ke berbagai kota lainnya, di antaranya, Jakarta, Yogyakarta, Malang, Semarang, Mataram, Padang, Pontianak, Makassar, Manado dan Bandung. Di Semarang sendiri, program ‘Creator Muda Academy’ dihadiri oleh ratusan siswa/i SMA se-derajat di wilayah Semarang dan sekitarnya dan bertujuan untuk mengajak generasi muda untuk mempelajari mengenai jurnalisme Kebhinnekaan.

Turut hadir dalam acara tersebut, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, serta perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Komunikasi dan Informatika. Selain itu turut hadir beberapa narasumber  muda di antaranya Martin Anugrah dari Cameo Project, serta Ayu Kartika Dewi dari SabangMerauke.

Pemuda sebagai Pelopor Kemajuan

Saat memberikan sambutan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mengatakan bahwa pemuda merupakan pelopor kemajuan. Mungkin saat ini kita melihat Bung Karno, Bung Hatta, dan lain-lain sebagai orang tua. Padahal pada eranya, beliau-beliau itu adalah orang-orang muda seperti kita saat ini.

Oleh karena itu, Gus Yasin, panggilan akrab Gubernur Jateng, berharap anak-anak muda meneladani kehidupan para pendiri bangsa dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kejujuran dan kebenaran. “Kita semua memiliki tugas dan tanggungjawab untuk menjaga keindonesiaan yang terdiri dari berbagai suku bangsa agar terus maju dan berkembang sesuai yang dicita-citakan para pendiri bangsa,” tegas Gus Yasin.

Selanjutnya Gus Yasin tidak lupa mengajak anak muda sebagai pemilih pemula untuk memproduksi dan menyebarkan karya digital yang mengandung konten bernada kedamaian. Apalagi usai Pemilu 2019 ini banyak sekali bertebaran informasi maupun konten negatif berujung hoaks. “Mari, dari Jawa Tengah kita sebarkan konten-konten kedamaian, kita sebarkan konten-konten kreativitas. Sehingga isu-isu hoaks, isu-isu SARA bisa diurai. Karena ketika mereka disibukkan dengan pikiran serta energi positif dan kreatif, maka pikiran-pikiran negatif itu tidak akan muncul lagi,” katanya.

Sesuai definisi, ujar Gus Yasin, pemilih pemula memiliki kategori usia antara 17 sampai 35 tahun. Dia yang saat ini juga menginjak usia 35 tahun, mengajak para pemilih pemula untuk ambil bagian sebagai penentu kemajuan bangsa. Hal tersebut juga dilakukan para anak muda pada masa kemerdekaan 1945 silam.

“Kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Jika dikurangi 17 tahun, hasilnya 1928. Nah, pada tahun itu muncul Sumpah Pemuda. Apa artinya, bahwa negara ini dibangun para pemuda. Apalagi kita juga punya sejarah besar di republik ini, yakni reformasi (1998) yang juga digerakkan oleh pemuda. Jadi, kita itu se-ide, kita sama-sama pemula. Kalau optimistis, kreatif, penuh inovasi, saya yakin 17 tahun akan datang Indonesia jadi acuan dunia,” papar Gus Yasin

Melawan Kebohongan dengan Kreativitas

Di era serba digital, selain kemudahan membangun narasi yang konstruktif, juga berkembang narasi-narasi yang destruktif seperti hoaks, ujaran kebencian, dan fitnah. Mengutip penapat novelis terkenal berkebangsaan Amerika, Mark Twain, yang menulis  The Adventures of Huckleberry Finn dan The Adventures of Tom Sawyer, Jaleswari mengatakan bahwa, “Kebohongan telah berlari keliling dunia bahkan ketika kebenaran baru memakai sepatu.” Kebohongan begitu cepat menjalar ke seluruh sendi kehidupan termasuk di kalangan pemuda dan pelajar.

“Cara melawan kebohongan yang paling efektif adalah dengan memacu kreativitas sehingga kita tidak sempat berpikir untuk hal-hal yang negatif. Dan, acara Creatormuda Academy merupakan respon kreatif untuk menghadapi perkembangan teknologi terkini di era serba digital yang serba cepat dan penuh inovasi. Di acara ini anak-anak muda dipacu untuk menjadi kreator yang memproduksi narasi-narasi positif dan mengenyahkan narasi-narasi negatif” kata Abd Rohim Ghazali, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden yang juga hadir memberikan sambutan.

Semarang merupakan kota keempat setelah sebelumnya diadakan di Jakarta, Yogyakarta, dan Malang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membekali anak-anak muda ketrampilan membuat konten yang baik dan konstruktif, membuat video pendek, dan desain grafis yang menarik dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang menguatkan keindonesiaan yang majemuk dan maju.

Materi yang diberikan antara lain ‘Madingtalks’ oleh Ayu Kartika Dewi yang merupakan Founder Sabang Merauke dan Managing Director Indika Foundation dengan tema pembahasan ‘Anak Muda Bisa Apa?’.  Selain itu ada ‘Coaching Clinic’ menghadirkan Narasumber dari Cameo Project (Kelas foto/video), Adityo Rachmanto (kelas desain) dan Kalis Mardiasih (Kelas Menulis). Intinya, pada acara ini para pelajar berkesempatan menimba ilmu dan berkreasi dengan bekal pengetahuan yang dibagikan oleh para nara sumber. Acara ini, menurut Oktora Irahadi, Director of Marketing Cameo Project, mengajak anak muda memaksimalkan potensinya dan mengambil kesempatan untuk berkarya.

Ajak Kaum Muda Berkarya Dengan Creator Muda Academy

Semarang, mediatajam.com – Setelah sukses di beberapa kota sebelumnya, Cameo Project, Maarif Institute, Love Frankie, Peace Generation, dan Yayasan Ruang Guru yang berkolaborasi dengan Google.org mengajak anak muda Semarang yang hobi membuat konten untuk menciptakan karya positif dan kreatif.

Kegiatan itu diwujudkan dengan gelaran acara Creator Muda Academy yang mengambil tempat di Quest Hotel selama dua hari yakni Kamis – Jumat (25-26 April 2019), acara ini diharap menjadi wadah bagi pelajar untuk bersaing secara kompetitif dan menggunakan teknologi secara maksimal.

“Salah satunya dengan mengekspresikan melalui majalah dinding secara online yang dikenalkan dalam madingsekolah.id. Website madingsekolah.id diharapkan mengakomodir seluruh pelajar antarsekolah bahkan antarpulau yang mau mengunggah karya-karyanya,” kata Khelmy K Pribadi Direktur Program Islam dan Media Lembaga Ma’arif Institute.

Menurutnya , acara Creator Muda Academy telah dibentuk di sepuluh kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, Malang, Semarang, Manado, dan Mataram. Semarang merupakan kota Ke 4,  mereka akan mendapat pelatihan multimedia dan jurnalisme.

“Madingsekolah.id merupakan bagian dari proyek Indonesia Spirit Rejuvenation (Inspire) yang diprakarsai oleh Google.org. Proyek itu bertujuan untuk meningkatkan literasi digital dan membangun ketahanan pelajar terhadap segala hal negatif di internet,” tambahnya.

Ditambahkanya lagi, ditengah riuhnya Pemilu dan Pilpres 2019,pihaknya masih konsisten untuk bersama anak muda di Jawa Tengah menggelar kegiatan positif untuk promosi toleransi dan anti kekerasan.

“Para pelajar ini adalah investasi di masa depan untuk menjaga demokrasi dan Indonesia yang lebih baik, jauh dari hoax dan ujaran kebencian,” pungkas Khelmy.

Sementara itu Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin yang hadir membuka acara tersebut berharap dengan digelarnya acara seperti ini membuat anak muda  Jawa Tengah kreatif dan fokus pada kegiatan yang positif .

“Saya berharap dengan acara kreatif seperti ini bisa menangkal para anak muda kita untuk terjebak dalam konten-konten hoax, tentunya dengan fokus dalam berkarya membuat isi yang bagus bisa menjauhkan mereka dari hoax juga,” kata Gus Yasin.

“Dengan begitu mereka akan menghasilkan karya-karya yang bisa bersaing dengan daerah lain bahkan dengan negara lain, saya sangat mengapresiasi acara ini dan perlu d tingkatkan jumlahnya,” pungkasnya.

Kurang lebih sebanyak 220 peserta siswa – siswi SLTA antusias mengikuti acara Creator muda Academy tersebut. Tak hanya menulis, anak- anak muda juga bisa mengembangkan bakat lain seperti menggambar, desain grafis, fotografi dan videografi. Semuanya bisa diunggah dalam madingsekolah.id.**Sefrin

Gus Yasin Ajak Creatormuda Academy Produksi Konten Kreatif Penuh Kedamaian

SEMARANG – Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengajak anak muda sebagai pemilih pemula untuk memproduksi dan menyebarkan karya digital yang mengandung konten bernada kedamaian. Apalagi pasca Pemilu 2019 ini banyak sekali bertebaran informasi maupun konten negatif berujung hoaks.

Pernyataan itu disampaikan Wagub yang akrab disapa Gus Yasin ini di hadapan 250 pelajar SMA se-Jateng pada pembukaan kegiatan roadshow Creatormuda Academy di Quest Hotel Semarang, Kamis (25/4/2019). Kegiatan itu didukung Google.org berkolaborasi dengan Cameo Project, Maarif Institute, Love Frankie, Peace Generation, dan Yayasan Ruang Guru itu mengangkat tema ‘Create Differently Create Better.’

“Mari, dari Jawa Tengah kita sebarkan konten-konten kedamaian, kita sebarkan konten-konten kreativitas. Sehingga isu-isu hoaks, isu-isu SARA bisa diurai. Karena ketika mereka disibukkan dengan pikiran serta energi positif dan kreatif, maka pikiran-pikiran negatif itu tidak akan muncul lagi,” katanya. 

Sesuai definisi, ujar Gus Yasin, pemilih pemula memiliki kategori usia antara 17 sampai 35 tahun. Dirinya yang saat ini juga menginjak usia 35 tahun mengajak para pemilih pemula untuk ambil bagian sebagai penentu kemajuan bangsa ini. Hal tersebut juga dilakukan para anak muda pada masa kemerdekaan 1945 silam. 

“Kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Jika dikurangi 17 tahun, hasilnya 1928. Nah, pada tahun itu muncul Sumpah Pemuda. Apa artinya, bahwa negara ini dibangun para pemuda. Apalagi kita juga punya sejarah besar di republik ini, yakni reformasi (1998) yang juga digerakkan oleh pemuda. Jadi, kita itu se-ide, kita sama-sama pemula. Kalau optimistis, kreatif, penuh inovasi, saya yakin 17 tahun akan datang Indonesia jadi acuan dunia,” ujarnya. 

Deputi V Kantor Staf Keresidenan, Jaleswari Pramodhawardhani yang hadir pada kesempatan itu menambahkan, anak muda selalu menginsipirasi dengan gagasan dan ide-ide yang kerap mengejutkan. Di sisi lain, ruang publik saat ini keruh dijejali isu politik belaka. Hoaks menjadi musuh besar bersama. 

“Ruang publik hari ini dipenuhi informasi antara kebohongan dan kebenaran yang saling campur aduk. Maka, di forum ini penting untuk memaknai dan mendefinisikan kembali Indonesia. Karena kita tidak sedang bicara kebinekaan dan keragaman saja, tetapi melampaui itu. Kita punya kapal bersama, yakni Indonesia, yang perlu kita rawat keragamannya,” imbuhnya.

200 Pelajar Jawa Timur Ikuti Creatormuda Academy

Oknews.co.id, Malang – Budaya membaca pelajar Indonesia menurun seiring dengan semakin aktifnya mereka menggunakan gawai. Kini para pelajar lebih tertarik membaca dan mencari informasi dari internet alih-alih mendapatkannya dari buku.

Sayangnya, mendulang informasi dari internet tanpa dibarengi dengan sikap kritis dapat menyebabkan anak muda rentan turut menjadi penyebar informasi palsu (hoax).

Dalam rangka menggiatkan pentingnya literasi media pada anak muda, khususnya pada pelajar SMA/sederajat, MAARIF Institute menggelar sebuah kegiatan dengan tajuk “Creatormuda Academy”, sebuah platform pembelajaran offline untuk pelajar Indonesia tentang Keindonesiaan, Keragaman dan Literasi Media. Kegiatan yang diadakan di 10 kota di Indonesia ini akan mempertemukan 200 pelajar SMA/sederajat yang terbagi ke dalam 40 tim di setiap kotanya untuk mengikuti sesi Mading Talks.

Pada sesi berikutnya, 1 tim madding terbaik berkesempatan untuk mengikuti pelatihan menulis, desain grafis, fotografi, videografi, serta produksi konten positif Bersama para pelatih yang berpengalaman di bidangnya.

Setelah sukses digelar di Jakarta dan Yogyakarta, Creatormuda Academy kini hadir di Kota Malang. 200 pendaftar di Jawa Timur dinyatakan lolos seleksi untuk mengikuti Mading Talks di hari pertama, dan 10 tim madding sekolah dengan karya terbaik dinyatakan lolos untuk mengikuti sesi berikutnya hingga hari kedua.

Direktur Eksekutif MAARIF Institute mengatakan “Lebih dari 50 tim dari berbagai sekolah di Jawa Timur telah mengirimkan berkas pendaftaran dan portofolio karya mereka. Namun kami mesti memilih yang terbaik dari yang terbaik, yakni tim-tim yang mampu menawarkan ide segar dan kreatif untuk diarahkan memproduksi konten positif sebanyak-banyaknya dalam platform online yang kami sediakan, yakni madingsekolah.id.” ujar Abdul Rohim Ghazali

“Platform ini menjadi wadah ekspresi dan kreativitas para pelajar SMA untuk berkarya dan mengkreasi konten positif secara berkesinambungan,”. pungkasnya

Creatormuda Academy Malang digelar pada 11-12 April 2019, bertempat di Convention Hall Sengkaling, Kapal Garden Hotel Malang.

Summer: https://oknews.co.id/200-pelajar-jawa-timur-ikuti-creatormuda-academy/

MAARIF Institute Mencegah Bullying

Kasus bullying di kalangan pelajar terus saja terjadi meskipun sudah berbagai upaya dilakukan untuk mencegahnya. Yang tengah hangat menjadi perbincangan publik dan viral di media sosial adalah seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pontianak, Kalimantan Barat, bernama Audrey yang dikeroyok, dibully rame-rame oleh tujuh siswi Sekolah Menengah Atas (SMA). Apa yang terjadi pada Audrey, bukan tidak mungkin terjadi pula ditempat lain dengan modus dan pelaku yang berbeda-beda.

Untuk mengantisipasi agar bullying tidak terjadi lagi di kalangan pelajar, tidak cukup hanya dengan himbauan atau nasihat, apalagi jika himbauan dan nasihat itu datang dari orang-orang dewasa yang kerjanya juga sama, tukang membully yang lain, pasti tidak akan efektif. Cara yang paling efefktif untruk mecegah bullying dan tindakan-tindakan negatif lainnya di kalangan pelajar adalah dengan memacu kreativitasnya.

Pandangan ini disampaikan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Abd Rohim Ghazali dalam acara “Creatormuda Academy” yang dilaksanakan Maarif Institute for Culture and Humanity bekerjasama dengan Google.org pada 11-12 April 2019 di Convention Hall Sengkaling, Kapal Garden Hotel, Malang, Jawa Timur.

Dalam acara yang didukung oleh Yayasan Ruangguru, Cameo Project, Peace Generation, dan Love Frankie ini diundang 235 pelajar SMA dan sederajat se-Jawa Timur antara lain dari Kota Malang, Kabupaten Malang, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Sampang, Madura. Mereka diseleksi berdasarkan karya yang diajukan pada saat mendaftar. Dari semua pendaftar, hanya sebagian saja yang bisa mengikuti pelatihan intensif selama dua hari, sedangkan yang lainnya hanya bisa mengikuti pembukaan dan sesi seminar.

Bekal Era Industri 4.0

Menurut Abd Rohim Ghazali, setiap acara yang diorientasikan untuk memacu kreativitas anak-anak muda sangatlah penting mengingat mereka yang popular dengan sebutan generasi milenial ini merupakan tunas-tunas bangsa yang kelak menjadi pemimpin pada dua-tiga dekade yang akan datang. Sebelum terjun ke tengah-tengah masyarakat dan menjadi pionir kebaikan di lingkungan masing-masing, mereka harus dibekali dengan ketrampilan yang bisa menopang kehidupannya masing-masing. “Di era industri 4.0 seperti sekarang, bekal yang paling sesuai adalah ketrampilan membuat konten-konten positif, membuat video singkat, desain grafis, dan bagaimana cara memasarkannya,” papar Rohim.

Banyak contoh, orang yang biasa saja, tiba-tiba muncul sebagai inflencer karena aktif di media sosial dengan ribuan atau bahkan jutaan follower. Bisa dibayangkan, bagaimana dampaknya jika para influencer ini banyak memposting konten-konten yang negatif di akun media sosialnya. “Dampaknya pasti akan sangat buruk bagi kehidupan sosial kita,” tandas Rohim. Maka melatih diri untuk membiasakan mengirim konten-konten yang positif dan konstruktif adalah bagian dari pekerjaan mulia. Apalagi di era revolusi industri 4.0, selain muncul unicorn-unicorn yang membangun, berkembang pula akun-akun media sosial yang dijadikan alat menyarang lawan dengan nada-nada kebencian (hate speech).

Pelopor Melawan Kebencian

Oleh karena itu, menurut Rohim, para pelajar yang ikut dan menjadi bagian dari “Creatormuda Academy” harus menjadi pelopor untuk merlawan hate speech, bullying, intoleransi, dan tindakan-tindakan lain yang menimbulkan kebencian dan amarah di tengah-tengah masyarakat.

Dari mana perlawan terhadap kebencian itu dimulai? Mulai dari diri kita sendiri, teman-teman sebaya yang duduk sebangku di kelas, teman sekelas, teman satu sekolahan, satu kampung, satu desa, satu kecamatan, dan seterusnya hingga tidak ada ruang bagi mereka yang ingin menyebarkan kebencian. Jangan karena perbedaan agama, suku, pilihan politik, atau bahkan perbedaan dukungan terhadap klub sepak bola, membuat kita saling membenci satu sama lain.

Berbarengan dengan acara “Creatormuda Academy”, kebetulan di Kota Malang akan dilangsungkan laga final perebutan Piala Presiden antara Arema Malang dan Persebaya Surabaya. “Yang merasa Aremania atau Singo Edan, jangan membenci Bonex atau baju Ijo,” tandas Rohim. “Ubah kebencian menjadi saling mengerti, saling memahami, dan saling mengasihi satu sama lain sehingga kita senantiasa berada dalam kedamaian.”

Summer: https://geotimes.co.id/berita/maarif-institute-mencegah-bullying/

Kreator Cameo Project Kenalkan Rumah bagi Konten Positif dan Toleransi

Suara.com – Kreator Cameo Project Kenalkan Rumah bagi Konten Positif dan Toleransi.

Di tengah hiruk-pikuk perkembangan teknologi internet yang semakin canggih, dunia masih kekurangan konten-konten positif di dalamnya.

Karena itu, kelompok kreator Cameo Project bersama Love Frankie, Peace Generation, Maarif Institute, dan Yayasan Ruang Guru, merilis sebuah platform yang mendorong tumbuhnya konten-konten positif dan membawa pesan toleransi lewat Madingsekolah.id.

Platform tersebut diperuntukkan bagi pelajar sekolah tingkat SMA di seluruh Indonesia, yang diharapkan mampu memacu adrenalin dan semangat para pelajar untuk berkreasi secara kreatif.

“Konten bagus sedikit kalaupun ada, nyemplung di sekian jutaan konten yang lain. Maka dari itu, kami bikin platformnya agar konten baik diafirmasi dan mendapat perhatian masyarakat,” kata Khelmy K. Pribadi dari Maarif Institute saat acara peluncuran Madingsekolah.id di Jakarta beberapa waktu lalu.

Siswa-siswi SMA ini juga nantinya akan beradu secara kompetitif dan dipersiapkan secara startegis menjadi bagian dari dunia teknologi dan bisnis yaitu menjadi kreator-kreator muda yang mampu memaksimalkan kemampuan diri dalam konteks yang positif.

Bukan hanya memberikan wadah bagi konten positif, akan ada juga pelatihan multimedia dan jurnalisme di 10 kota yaitu Jakarta, Malang, Yogyakarta, Semarang, Manaso, Makassar, Pontianak, Padang, Mataram dan Bandung.

“Selain memberi bahan bakar kami juga mengajari menjadi krEator yang baik.
Kami hadir untuk membantu proses kreatif. Proses penting tapi hal penting lainnya adalah dampak dari suatu yang positif,” tambah Martin Cameo Project dalam kesempatan memberi wadah bagi kreator konten positif dan toleransi.