JAKARTA – Anak muda merupakan teladan terwujudnya persatuan di negeri ini. Pernyataan itu disampaikan Deputi V Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-Isu Politik, Hukum, Pertahanan, Keamanan, dan HAM Strategis Kepala Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani saat membuka program literasi digital bertajuk ‘Creator Muda Academy yang diselenggarakan oleh MAARIF Institute for Culture and Humanity dan Google.org’ di Semarang, 25 April 2019.

Pasca perhelatan Pemilihan Umum 2019, residu dari perbedaan pilihan politik mulai bermunculan, baik di tatanan kehidupan bermasyarakat sehari-hari, maupun di media sosial. Hal tersebut jelas dapat mengganggu tatanan dasar negara Indonesia sebagai negara yang menghargai dan menghormati perbedaan.

Kondisi demikian mengkonfirmasi urgensi untuk memperkuat dan menerapkan nilai Pancasila dan Kebhinnekaan dalam kehidupan sehari-hari. Generasi muda berada dalam posisi yang strategis untuk menjalankan peran penguatan dan penerapan tersebut dan menjadi contoh bahwa pesta demokrasi yang telah dijalankan seharusnya dapat kita rayakan dengan bersatu kembali.

“Antara 10 hingga 20 tahun lagi, anak-anak muda yang akan memimpin negara ini. Oleh karena itu, logika kita perlu dibalik, bukan hanya orang tua yang bisa memberikan teladan, anak muda pun juga bisa.” ungkap Jaleswari.

Menurut Jaleswari, dengan posisi strategis sebagai penentu arah bangsa di masa depan tersebut, kaum muda memiliki peran vital untuk turut serta menjaga dan merawat persatuan di tengah-tengah menghangatnya suhu politik di berbagai lapisan masyarakat. Selain daripada itu, Jaleswari menilai bahwa generasi muda memiliki karakteristik dan cara tersendiri melalui ide-ide, kreativitas dan idealismenya yang dapat menjadi kekuatan dalam menegaskan komitmen akan Indonesia yang tetap bersatu pasca perhelatan pesta demokrasi 5 tahunan tersebut.

Program literasi digital ‘Creator Muda Academy’ sebelumnya sudah diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia dan akan merambah ke berbagai kota lainnya, di antaranya, Jakarta, Yogyakarta, Malang, Semarang, Mataram, Padang, Pontianak, Makassar, Manado dan Bandung. Di Semarang sendiri, program ‘Creator Muda Academy’ dihadiri oleh ratusan siswa/i SMA se-derajat di wilayah Semarang dan sekitarnya dan bertujuan untuk mengajak generasi muda untuk mempelajari mengenai jurnalisme Kebhinnekaan.

Turut hadir dalam acara tersebut, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, serta perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Komunikasi dan Informatika. Selain itu turut hadir beberapa narasumber  muda di antaranya Martin Anugrah dari Cameo Project, serta Ayu Kartika Dewi dari SabangMerauke.

Pemuda sebagai Pelopor Kemajuan

Saat memberikan sambutan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mengatakan bahwa pemuda merupakan pelopor kemajuan. Mungkin saat ini kita melihat Bung Karno, Bung Hatta, dan lain-lain sebagai orang tua. Padahal pada eranya, beliau-beliau itu adalah orang-orang muda seperti kita saat ini.

Oleh karena itu, Gus Yasin, panggilan akrab Gubernur Jateng, berharap anak-anak muda meneladani kehidupan para pendiri bangsa dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kejujuran dan kebenaran. “Kita semua memiliki tugas dan tanggungjawab untuk menjaga keindonesiaan yang terdiri dari berbagai suku bangsa agar terus maju dan berkembang sesuai yang dicita-citakan para pendiri bangsa,” tegas Gus Yasin.

Selanjutnya Gus Yasin tidak lupa mengajak anak muda sebagai pemilih pemula untuk memproduksi dan menyebarkan karya digital yang mengandung konten bernada kedamaian. Apalagi usai Pemilu 2019 ini banyak sekali bertebaran informasi maupun konten negatif berujung hoaks. “Mari, dari Jawa Tengah kita sebarkan konten-konten kedamaian, kita sebarkan konten-konten kreativitas. Sehingga isu-isu hoaks, isu-isu SARA bisa diurai. Karena ketika mereka disibukkan dengan pikiran serta energi positif dan kreatif, maka pikiran-pikiran negatif itu tidak akan muncul lagi,” katanya.

Sesuai definisi, ujar Gus Yasin, pemilih pemula memiliki kategori usia antara 17 sampai 35 tahun. Dia yang saat ini juga menginjak usia 35 tahun, mengajak para pemilih pemula untuk ambil bagian sebagai penentu kemajuan bangsa. Hal tersebut juga dilakukan para anak muda pada masa kemerdekaan 1945 silam.

“Kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Jika dikurangi 17 tahun, hasilnya 1928. Nah, pada tahun itu muncul Sumpah Pemuda. Apa artinya, bahwa negara ini dibangun para pemuda. Apalagi kita juga punya sejarah besar di republik ini, yakni reformasi (1998) yang juga digerakkan oleh pemuda. Jadi, kita itu se-ide, kita sama-sama pemula. Kalau optimistis, kreatif, penuh inovasi, saya yakin 17 tahun akan datang Indonesia jadi acuan dunia,” papar Gus Yasin

Melawan Kebohongan dengan Kreativitas

Di era serba digital, selain kemudahan membangun narasi yang konstruktif, juga berkembang narasi-narasi yang destruktif seperti hoaks, ujaran kebencian, dan fitnah. Mengutip penapat novelis terkenal berkebangsaan Amerika, Mark Twain, yang menulis  The Adventures of Huckleberry Finn dan The Adventures of Tom Sawyer, Jaleswari mengatakan bahwa, “Kebohongan telah berlari keliling dunia bahkan ketika kebenaran baru memakai sepatu.” Kebohongan begitu cepat menjalar ke seluruh sendi kehidupan termasuk di kalangan pemuda dan pelajar.

“Cara melawan kebohongan yang paling efektif adalah dengan memacu kreativitas sehingga kita tidak sempat berpikir untuk hal-hal yang negatif. Dan, acara Creatormuda Academy merupakan respon kreatif untuk menghadapi perkembangan teknologi terkini di era serba digital yang serba cepat dan penuh inovasi. Di acara ini anak-anak muda dipacu untuk menjadi kreator yang memproduksi narasi-narasi positif dan mengenyahkan narasi-narasi negatif” kata Abd Rohim Ghazali, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden yang juga hadir memberikan sambutan.

Semarang merupakan kota keempat setelah sebelumnya diadakan di Jakarta, Yogyakarta, dan Malang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membekali anak-anak muda ketrampilan membuat konten yang baik dan konstruktif, membuat video pendek, dan desain grafis yang menarik dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang menguatkan keindonesiaan yang majemuk dan maju.

Materi yang diberikan antara lain ‘Madingtalks’ oleh Ayu Kartika Dewi yang merupakan Founder Sabang Merauke dan Managing Director Indika Foundation dengan tema pembahasan ‘Anak Muda Bisa Apa?’.  Selain itu ada ‘Coaching Clinic’ menghadirkan Narasumber dari Cameo Project (Kelas foto/video), Adityo Rachmanto (kelas desain) dan Kalis Mardiasih (Kelas Menulis). Intinya, pada acara ini para pelajar berkesempatan menimba ilmu dan berkreasi dengan bekal pengetahuan yang dibagikan oleh para nara sumber. Acara ini, menurut Oktora Irahadi, Director of Marketing Cameo Project, mengajak anak muda memaksimalkan potensinya dan mengambil kesempatan untuk berkarya.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

nineteen + 7 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.