Orang-orang yang beragama dituntut untuk menyelaraskan antara keimanan di hatinya dan rasionalitas akalnya dalam menyikapi permasalahan kehidupan. Agama sifatnya transendental sedangkan ilmu pengetahuan bersifat empiris rasional yang dapat diuji kebenarannya.

Ayat-ayat Al-Qur’an bersifat tetap, tetapi tafsirnya mengalami kontekstualisasi sedangkan kebenaran ilmu pengetahuan bersifat relatif. Sebuah teori masih dianggap benar jika belum ada teori baru yang membuktikan teori lama itu salah.

Oleh sebab itu, dalam menghadapi COVID-19 umat Islam tidak bisa hanya mengandalkan ritual saja apalagi terobsesi dengannya. Umat Islam harus bermula dari ritual lalu mempraktekkannya dengan cara-cara yang baik sesuai dengan anjuran ahlinya.

 

MAARIF Institute bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta, menyelenggarakan acara Peluncuran Jurnal MAARIF Vol. 16 No. 1, Juni 2020 – edisi ke-35, dengan tema “Agama, Sains, dan Covid 19 : Mendialogkan Nalar Agama dan Sains Modern”

Peluncuran dan diskusi ini bertujuan untuk memperkuat etos keagamaan dan etos keilmuan. Juga, agar kita mampu melihat secara kritis dan otoritatif untuk membicarakan dua bidang wilayah, baik wilayah agama maupun ilmu pengetahuan, yang semakin lama semakin terspesialisasi ini.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

two + fifteen =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.