MAARIF Institute, Jakarta – Wahyu dan Sains perlu dipahami dan dipergunakan untuk sebuah gerakan sosial baru untuk pencapaian summum bonum– kemasalahatan tertinggi manusia dan alam semesta. Kutipan tersebut disampaikan oleh Andar Nubowo, Direktur Eksekutif MAARiF Institute dalam acara Launching dan Diskusi Buku “Tafsir dan Hal-Hal yang Tak Selesai” karya Muhammad Bukhari Muslim di Pendidikan Kader Ulama – Masjid Istiqlal (2/3/25). Acara yang digelar oleh DPD IMM DKI Jakarta tersebut dihadiri oleh Andar Nubowo, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, KH Faried F. Saenong, Koordinator Stafsus Menteri Agama RI, dan KH Mulawarman Hanase.
Dalam paparanya Andar mengajak anak-anak muda untuk tak lelah memahami Al-Qur’an dengan pendekatan hermeneutis, ilmu sosial dan sains-teknologi, serta new social movement. Menurutnya, tiga metode tersebut penting digunakan untuk menangkap dan memahami pesan kunci Al-Quran di tengah pelbagai persoalan akut kemanusiaan dan alam semesta dewasa ini.
Lebih lanjut Andar mengatakan bahwa Al-Quran, seperti kata Baginda Ali ibn Thalib, adalah teks bisu yang perlu olah pikir dan hati manusia untuk mengkidung-hidupkan makna dan ajarannya. “Pembacaan liberatif, saintifik, dan humanis terhadap Verbum Dei (kalamullah) ini merupakan kewajiban intelektual yang dilakukan secara bebas dan tanpa perlu rasa takut”, tegas Andar.
Andar juga mengingatkan bahwa kalam Tuhan itu tidak hanya sebatas pada kitab yang tertulis, namun ia juga terhampar di muka bumi ini.
“Kalam Tuhan tentu tak terbatas pada kitab yang tertulis, Ia juga menghampar pada wujud alam semesta. Dalam perkara inilah, kebenaran dan sumber pengetahuan itu tak sebatas pada Kitab Suci, tetapi juga pada alam semesta raya yang tak terbatas. Wahyu dan Sains perlu dipahami dan dipergunakan untuk sebuah gerakan sosial baru untuk pencapaian summum bonum– kemasalahatan tertinggi manusia dan alam semesta”, tutup Andar.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!