Pengarang: http://jateng.metrotvnews.com/

Metrotvnews.com, Yogyakarta: Tokoh senior Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif menjadi sebuah inspirasi. Sebagian perjalanan hidup mantan Ketum PP Muhammadiyah ini dibukukan dalam komik berjudul “Bengkel Buya, Belajar dari Kearifan Wong Cilik”.

Isi buku yang berlatar di Yogyakarta itu, bercerita tentang pertemuan Buya Syafii dengan masyarakat dari berbagai kalangan. Mulai tukang bengkel sepeda, tukang asah pisau, marbot masjid, tukang kompor, hingga sopir taksi yang bisa menjemputnya dari bandara.

Seorang sopir taksi yang menjadi cerita dalam kisah itu yakni bernama Marsudi. Dia yang mengaku menjadi mualaf ini kenal Buya lantaran kurang lebih seminggu sekali menjemput di bandara.

Pertemuan itu, kata Marsudi, kemudian dijadikan bahan tulisan oleh Buya Syafii. Artikel itu terbit di koran. Marsudi sempat takut jika tulisan yang dibuat Buya menceritakan soal hal negatif.

“Jangan-jangan tentang yang buruk. Tapi setelah lihat, isinya (artikel) bagus,” ujar kata Marsudi mengisahkan pertemuannya dengan Buya saat peluncuran buku tersebut di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (29/8/2016).

Oase

Praktisi media, Wisnu Nugroho mengatakan kisah dari Buya menjadi isi dari kekosongan di lingkungan masyarakat. Menurutnya, riuh kehidupan masyarakat saat ini jarang memberikan sebuah makna.

“Kisah Buya ini mengisi kekosongan nilai-nilai menjadi yang baik, bercerita soal ketulusan. Buya sangat cermat menceritakan dengan jeli,” tuturnya.

Wisnu menilai, semua kisah di dalam buku tersebut sama-sama kuat. Menurut dia, melalui kisah Buya tersebut akan membuka mata hati seseorang dan mengajak untuk meresapi hidup agar lebih bermakna. “Ceritanya akan membuat kita tertegun,” ujarnya.

Tim kreatif pembuatan komik “Bangkel Buya”, Bambang Tri Rahadian mengatakan pembuatan gambar dalam buku itu memakan waktu kurang dari setahun. Bagian yang cukup memakan waktu yakni menerjemahkan esai-esai kehidupan karya Buya menjadi sebuah gambar visual.

“Kesulitannya membuatnya menjadi dramatis karena naskahnya bukan untuk drama,” ucap lelaki dengan sebutan Beng Rahadian ini.

Sementara itu, Buya Syafii mengaku sengaja mengisahkan wong cilik atau orang kecil yang kerap menjadi jargon politik namun tak mendapat kesejahteraan. Menurut Buya, wong cilik di Indonesia berjumlah lebih dari 50 persen dan berpenghasilan kurang dari USD2 per hari.

“Biar pemikiran ini menyebar luas dan bermanfaat untuk bangsa,” pungkasnya.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

twenty + 7 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.