EPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Syafii Maarif

Saya adalah di antara orang yang tidak kaget, sekalipun senang, atas hasil survei Pol-Tracking Institute yang diadakan antara 3 Feb.s/d 10 Maret 2014 dengan menanyakan pendapat 330 profesor dari seluruh Indonesia tentang siapa sosok capres yang berada pada tingkat kualitas tertinggi. Dalam rilisnya Bung Hanta Yuda, direktur eksekutif institut itu, pada 23 Maret 2014, telah menempatkan JK pada posisi teratas sebagai capres dalam survei itu. Saya rasa penilaian para profesor ini patut dipertimbangkan oleh semua pihak, demi perbaikan bangsa dan negara untuk waktu-waktu yang akan datang. Dari tujuh kriteria yang disampaikan: integritas, visi dan gagasan, leadership dan keberanian ambil keputusan, kompetensi dan kapabalitas, pengalaman dan prestasi, kemampuan memimpin pemerintahan dan negara, dan kemampuan memimpin koalisi parpol di pemerintahan, JK telah memenuhi dan mengalami itu semua dengan prestasi yang lumaian.

Karena JK tidak punya kendaraan resmi untuk bertarung sebagai capres, posisi sebagai wapres misalnya jangan sampai dilewatkan. Perkara usia bagi saya tidak menjadi masalah, asal sehat lahir-batin. Enam tahun yang lalu, persisnya pada 26 Nop. 2008 di Jakarta, ketika didesak para wartawan, saya sampai melontarkan ungkapan ini: “JK is the real president.” Jadi penilaian para profesor di atas telah membenarkan dan menguatkan apa yang saya sampaikan jauh sebelumnya. Ingatan publik tentang ini masih belum pupus. Dalam bacaan saya, Indonesia telah menyia-nyiakan tiga putera terbaiknya untuk dijadikan orang pertama: Mohammad Hatta, Sultan Hamengkuwono IX, dan JK. Sekarang yang senior yang masih tersisa tinggal lagi JK.

Sekitar tahun 2000, Menko Polkam (ketika itu dijabat SBY) menelepon saya dari Ambon, saat memberi kuliah di kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Sedikit terkejut, segera saya jawab. Ternyata beliau sedang berada di Ambon dalam upaya meredam konflik horizontal di sana. Telepon ini mungkin sebagai reaksi atas pernyataan saya sebelumnya, mengapa Menko Kesra (JK saat itu) ikut-ikut menangani masalah kerusuhan Ambon itu, bukan menteri yang lain. Sebagai Menko Polkam, memang adalah tugas SBY untuk memimpin penyelesaian konflik bersenjata di Ambon itu. Maka amat wajar beliau terjun ke sana. Tentu telepon itu sebuah kehormatan bagi saya.

Dari informasi ring satu saya diberi tahu bahwa pernyataan “the real president” di atas ternyata telah sangat menyinggung perasaan sementara pihak, karena dinilai tidak patut diucapkan. Boleh jadi memang begitu, apalagi saya tidak minta maaf. Sebenarnya, jika tidak ditanya wartawan, pernyataan itu tidak akan pernah masuk ke ranah publik. Semuanya serba spontan, ternyata ekornya panjang. Beberapa hari kemudian, JK mengeluarkan pernyataan: “I am the real vice president.”

Bung Anas Urbaningrum yang pada tahun 2008 itu sedang berbulan madu dengan SBY marah kepada saya karena pernyataan di atas. Dalam sebuah SMS mengatakan bahwa biasanya saya seorang arif dalam bersikap dan berucap, tetapi dengan pernyataan di atas, kearifan itu tidak ada lagi. Tetapi hubungan saya dengan Anas tetap saja seperti biasa, tidak terpengaruh oleh SMS itu, bahkan sampai saat ini. Harapan saya sebagai orang tua, agar Anas tabah dan berterus terang dalam menghadapi kasus hukum yang sedang menimpanya.

Kembali kepada JK. Saya tidak punya kepentingan pribadi apa pun jika JK turut memimpin negeri ini. Pertimbangannya hanya satu: Indonesia akan jauh lebih baik jika dipimpin oleh para negarawan semisal JK. Eman-eman, negeri sebesar ini kurang terurus dengan baik selama ini. Kedaulatan kita di bidang ekonomi telah lama dimainkan pihak asing, baik langsung, atau pun melalui agen-agen londo ireng-nya. Kepada capres PDI-P Jokowi sudah pernah saya kemukakan secara langsung masalah besar bangsa dan negara ini sejak tahun yang lalu. Stok pemimpin tipe JK dan Jokowi tidak kurang jumlahnya di Indonesia.

Pertanyaannya: apakah pileg dan pilpres tahun 2014 ini akan berhasil menampilkan para pemimpin yang negarawan itu? Jawabannya tergantung kepada para pemilih yang akan menggunakan hak suaranya dalam kegiatan demokrasi bulan April dan bulan
Juli tahun ini.Viva Indonesia-ku!

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 + seven =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.