REPUBLIKA.CO.ID,Oleh : Ahmad Syafii Maarif
Madrasah milik Muhammadiyah ini termasuk adalah salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di era bagian awal abad ke-20, kini telah berkembang pesat dengan sangat mengejutkan, sementara daya tampung maksimal hanya untuk 1.200 siswa.
Pihak pengurus dan pengasuh sudah kewalahan untuk memenuhi permohonan orang tua Indonesia agar anaknya dapat diterima. Tahun ini saja yang mendaftar lebih dari 800, berasal dari berbagai pulau Nusantara. Sedangkan, yang mungkin ditampung hanyalah sekitar 220.
Madrasah Mu’allimin dengan demikian adalah miniatur Indonesia. Tamatannya pasti turut memperkokoh pilar-pilar integrasi nasional. Banyak sekali protes dan keluhan yang diterima, tetapi luas lokasi madrasah yang tidak lebih dari 9.600 m2 dengan 32 ruang kelas itu jelas tidak mungkin memenuhi permohonan berjibun sekalipun dengan melalui tes masuk yang sangat ketat.
Satu-satunya jalan untuk membantu negara dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan melakukan ekspansi perluasan kampus yang sudah berjubel itu. Sekarang lokasi untuk pengembangan kampus sudah didapat dengan susah payah seluas sekitar 55 ribu m2 dengan harga tanah dan segala macam biaya yang harus dikeluarkan berada pada angka Rp 14.195.000.000. Dari jumlah ini sudah tersedia dana dari dalam sebesar Rp 6.000.000.000. Selebihnya harus dicari bantuan dari luar.
Alhamdulillah, dalam beberapa bulan berjalan dana telah mulai masuk, tetapi belum cukup. Sahabat-sahabat lintas agama telah menyumbang kurang sedikit dari Rp 1.000.000.000. Sampai awal Ramadhan 1434 Hijriah ini, dana yang sudah masuk dari para dermawan berjumlah sekitar Rp 4.000.000.000.
Bagi tim pembelian tanah, jumlah ini sudah cukup besar dan mereka bahagia sekali. Maklumlah, mereka bukanlah termasuk golongan kelas menengah atas. Mereka pun optimistis, dengan uluran tangan Anda semua kekurangannya akan segera tertutup, siapa tahu akan terjadi pada bulan Ramadhan ini juga.
Mengapa posisi madrasah ini menjadi semakin penting? Saya sebagai salah seorang alumnus madrasah ini pertengahan abad yang lalu merasakan betul bahwa pembentukan karakter dan akhlak mulia sangat ditekankan kepada para siswa. Kurikulumnya telah mengalami perubahan dan pengembangan dari masa ke masa.
Jika dulu difokuskan untuk mencetak para guru dan mubaligh dalam makna yang terbatas, sejak beberapa tahun terakhir alumni yang berasal dari rahim madrasah ini bisa meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih atas untuk menjadi apa saja dengan syarat memenuhi kualifikasi bidang-bidang keilmuan tertentu. Barangkali karena perluasan kurikulum inilah kampus yang ada sekarang ini sudah menjadi sangat sesak.
Alasan lain yang tidak kurang bermaknanya, madrasah ini tidak hanya ingin melahirkan para kader penerus Muhammadiyah, tetapi juga diharapkan menjadi kader kemanusiaan, kebangsaan, dan keumatan. Bahkan, saya sendiri kepada siswa yang akan lulus selalu menekankan untuk tampil sebagai kader kemanusiaan lebih dulu, baru yang lain-lain.
Saya sangat rindu agar lulusan madrasah ini akan menjadi kader-kader pemimpin dengan wawasan kemanusiaan yang luas tak bertepi dan radius pergaulan yang mampu meretas batas-batas agama, golongan, dan suku. Inilah mimpi besar saya untuk secepatnya memiliki kampus baru yang luas, di dalamnya akan dibangun lapangan sepak bola agar lulusannya secara fisikal menjadi spartan dan secara spiritual dan intelektual menjadi manusia anggun dan unggul.
Nah, bagi Anda yang ingin berinfak, inilah alamatnya: 1) Bank BNI No Rek 274-373-122-6 a/n Ahmad Syafii Maarif, QQ Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. 2) Bank Syariah Mandiri No Rek 7037 961-177 a/n Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Selamat berlomba dalam kebajikan.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!