REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Syafii Maarif

Semestinya, kedua belah pihak, rezim al-Assad dan pihak oposisi sama-sama siap mengikatkan diri kepada perintah Alquran bahwa jika terjadi perang antara sesama orang beriman, damaikan antara keduanya, karena semua orang beriman itu bersaudara. (Lih S. al-Hujurât ayat 10). Tetapi alangkah sukarnya, selama kepentingan duniawi dan egoisme golongan/bangsa yang diberhalakan, selama itu pulalah masalah ruwet dunia Islam ini akan terus berada dalam krisis.

AIPAC, pendukung utama negara Zionis Israel, sangat berbahagia jika krisis berdarah-darah ini pada akhirnya akan melumpuhkan Suriah. Pihak Turki, Iran, dan Arab Saudi yang mengaku beragama Islam itu semestinya telah membaca ayat di atas dan bertindak sesuai dengan perintahnya. Jika tidak demikian, buang saja iman itu dan mari kita beramai-ramai untuk saling membunuh sambil menanti azab Allah yang lebih dahsyat. Naudzubillah min dzalik.

Sesungguhnya betapapun kuatnya lobi AIPAC itu di Amerika untuk mengobarkan perang dalam upaya meluluhlantakkan bangsa-bangsa Muslim masih bisa ditangkis, jika elite mereka masih punya hati nurani untuk tidak saling memakan bangkai saudara seimannya. Dalam krisis Suriah ini, puluhan ribu yang telah mati dan puluhan ribu yang mengungsi ke nagara-negara lain. Bukankah semuanya ini sebagai bukti bahwa elite mereka sedang membangkang perintah Allah dalam Alquran.

Bahwa Amerika Serikat, siapa pun presidennya, pasti membela Zionis Israel. Hebatnya, rakyat Amerika sendiri yang anti-Zionisme dengan jumlah sangat besar dibuat tidak berkutik. Bahkan, kalangan Kristen fundamentalis Amerika sudah lama bersahabat dengan kekuatan Zionisme ini. Kucuran bantuan Amerika ke negara Israel bekisar pada angka tiga miliar dolar per tahun. Uang pajak rakyat Amerika ini telah digunakan Israel untuk melanggengkan suasana perang di lingkungan negara-negara Arab dengan tujuan melemahkan mereka.

Amat disayangkan, sebagian besar penguasa di negara-negara Arab ini telah lama mengalami kelumpuhan akal sehat dan kesadaran nurani. Arab Saudi yang kaya minyak itu sibuk mengekpor ajaran Wahabisme ke seluruh penjuru bumi yang menyulut perpecahan di mana-mana, sementara kepalanya ditempelkan kepada belas kasihan Amerika. Pertunjukan macam apa ini? Sementara itu Iran yang terus membela rezim al-Assad yang kejam dan otoritarian itu jelas bukan untuk kepentingan Islam, tetapi semata-mata untuk kepentingan nasionalisme negaranya. Nasionalisme telah menjadi berhala menggantikan posisi Islam, hampir berlaku di semua negara Muslim. Jubah Sunisme dan Syiisme yang tidak dikenal di zaman nabi telah dijadikan senjata untuk saling membunuh. Jika demikian, masih adakah umat Islam di muka bumi sekarang?

Akhirnya, ada baiknya saya kutipkan pendapat Prof John Mearsheimer (Universitas Chicago) dan Prof Stephen Walt (Universitas Harvard) dalam bukunya yang menghebohkan di bawah judul: The Israel Lobby and US Foreign Policy (2007) dalam kalimat ini: “… pada hakikatnya bahwa AIPAC, sebagai sebuah agen pemerintah asing secara de facto, punya kekuatan pencekik atas Kongres Amerika. Debat terbuka mengenai kebijakan Amerika terhadap Israel tidak berlaku di sana, sekalipun kebijakan itu punya konsekuensi-konsekuensi penting bagi seluruh dunia.”

Dikatakan bahwa AIPAC terorganisasi secara baik, para anggotanya sangat berkuasa–sebagian mereka golongan kaya. Dengan modal itu, mereka mampu menggunakan kekuatannya. Tetapi, seorang Gilad Atzmon, mantan Zionis (baca Resonansi saya yang lama), sampai kepada kesimpulan: “Jika dunia mau damai, pindahkan pendukung Zionisme ke planet lain.” Yang bisa memindahkan itu adalah kekuatan kesadaran manusia sejagat yang cinta damai dan antiperang.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 × one =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.