Jakarta, 24 Mei 2025 – Dalam gelaran Bonum Commune Forum 3.0 bertajuk “Perempuan Indonesia: Merajut Solidaritas Bersama” yang berlangsung di Grha Pemuda, Gereja Katedral Jakarta, Sabtu (24/5), Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Andar Nubowo, menegaskan pentingnya keterlibatan lintas sektor dalam menjawab persoalan publik, terutama di tengah absennya negara dalam banyak kasus nyata di lapangan.
Forum ini menghadirkan para tokoh perempuan inspiratif seperti Sumini, pegiat pelestarian hutan dari Aceh; Sr. Laurentina, SDP, aktivis kemanusiaan di NTT yang dijuluki “Suster Kargo”; dan Octavia Wuri, pendiri Sekolah Tanpa Batas untuk anak-anak dari kelompok marginal. Ketiganya memaparkan perjuangan mereka dalam menghadapi krisis lingkungan, perdagangan manusia, hingga kesenjangan akses pendidikan.
Menanggapi kisah-kisah tersebut, Andar Nubowo menyampaikan kritik tajam terhadap ketidakhadiran negara dalam mengatasi persoalan-persoalan struktural yang dihadapi masyarakat.
“Tidak bisa kita pungkiri bahwa negara kebanyakan tidak hadir dalam menghadapi nasib buruk yang menimpa masyarakat kita,” tegas Andar.
Ia juga menyoroti urgensi transformasi pendidikan dan peran masyarakat sipil dalam memperjuangkannya.
“Transformasi dunia pendidikan tidak hanya bisa dilakukan oleh negara. Kita semua perlu dan penting untuk terlibat. Ini harus dikerjakan secara gotong royong antar sektor pemerintah, masyarakat, dan komunitas,” lanjutnya.
Menurut Andar, kisah-kisah dari para narasumber menunjukkan bahwa solusi justru datang dari akar rumput ketika negara tidak hadir.
Sebagai penutup, Andar menyampaikan refleksi mendalam tentang makna solidaritas dalam membangun bonum commune atau kebaikan bersama.
“Untuk mewujudkan bonum commune, dibutuhkan solidaritas. Tidak boleh ada pihak yang saling mendominasi. Yang paling penting adalah bagaimana semua pihak bisa sama-sama ber-‘bonum’. Solidaritas adalah tumpuan penting dalam membangun cita-cita bersama bangsa Indonesia,” tutupnya.
Acara ini juga menghadirkan Inaya Wahid sebagai keynote speaker yang menyoroti kekuatan solidaritas dan peran perempuan dalam memimpin perubahan, serta Karlina Supeli, filsuf Indonesia, yang menekankan bahwa solidaritas adalah kewajiban moral, bukan sekadar pilihan sosial. (VP)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!