Maarif Institute sudah dua dekade menghidupi ide dan gagasan Buya Syafii Maarif tentang kemanusiaan. Dari sebuah rumah sederhana di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, upaya itu terus bergelora.
”Maarif Institute for Culture and Humanity” tertulis di depan sebuah rumah di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Dari tempat itu, ide dan gagasan Buya Syafii Maarif terus dirawat, dihidupi, dan disebarkan ke masyarakat luas. Sebagai sebuah bangunan, lokasi yang menjadi markas Maarif Institute itu tidak banyak berbeda dengan bangunan atau rumah yang ada di sebelah kanan atau kirinya. Namun, ide dan gagasan yang sudah dua dekade diusung dan disebarkan Maarif Institute dengan payung besar keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan telah melampaui sekat-sekat yang dibuat manusia.
”Rumah Maarif Institute ini adalah rumah bagi semua orang. Siapa pun boleh masuk ke Rumah Maarif,” kata Direktur Program Maarif Institute Moh Shofan dalam acara Tasyakuran dua Dekade Maarif Institute, Selasa (28/2/2023).
Di acara tasyakuran tersebut hadir pengurus Maarif Institute, perwakilan dari beberapa kelompok masyarakat sipil, serta perwakilan lintas agama dan kepercayaan. Untuk memperingati dua dekade Maarif Institute dilakukan pemotongan tumpeng yang dilakukan Direktur Eksekutif Maarif Institute Abd Rohim Ghazali.
Menurut Shofan, keterbukaan itu merupakan satu wujud nyata dalam menghidupi ide dan gagasan cendekiawan Muslim yang juga pernah menjadi ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buya Ahmad Syafii Maarif, mengenai kemanusiaan. Dan, Maarif Institute, lanjut Shofan, memiliki tanggung jawab moral untuk mengejawantahkan gagasan itu menjadi kerja nyata berupa pemberdayaan masyarakat dan transformasi sosial. Terlebih, sepeninggal Buya Syafii Maarif yang berpulang pada 27 Mei 2022.
”Maarif Institute masih hidup pasca-wafatnya Buya. Kita masih punya tanggung jawab moral untuk merawat ide dan gagasan Buya. Jangan hanya mengaku anak ideologis Buya kalau tidak bisa mencontoh gagasan Buya,” ujar Shofan.
Selama dua dekade, Maarif Institute telah melakukan banyak hal terkait isu atau gagasan tentang kebangsaan, kebinekaan, toleransi, keislaman, serta kebudayaan. Hal itu terwujud dalam berbagai program yang diinisiasi dan dikembangkan Maarif Institute, antara lain Jambore Pelajar Teladan Bangsa, Maarif Awards, Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif, Indonesia Millenial Movement, serta Creator Muda Academy.
Hal itu sesuai dengan Statuta pendirian Maarif Institute for Culture and Humanity yang menyatakan komitmen dasar lembaga sebagai gerakan kebudayaan dalam konteks keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan. Tiga area itu merupakan hal pokok dan terpenting dalam perjalanan intelektualisme dan aktivisme Buya Syafii Maarif.
Berdasarkan hal itu, sebagaimana tertuang dalam visi dan misinya, Maarif Institute berupaya untuk mendorong aktualisasi nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan kebinekaan untuk memulihkan keadaban publik, serta memperkuat partisipasi masyarakat sipil dan generasi muda untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang berkeadilan berdasarkan kebinekaan.
Berangkat dari pengalaman selama ini, Direktur Eksekutif Maarif Institute Abd Rohim Ghazali mengaku, upaya yang dilakukan Maarif Institute menjadi tidak mudah di saat isu etnis dan agama digunakan sebagai alat politik oleh orang atau pihak tertentu demi meraih jabatan atau kekuasaan. Isu agama yang selama ini tidak menjadi masalah, ketika ada provokasi atau kampanye dari pihak tertentu, dapat membuat orang yang sebelumnya tidak punya masalah menjadi seolah punya masalah.
Rohim mengambil contoh, pada kegiatan Jambore Pelajar yang diadakan Maarif Institute beberapa waktu lalu, sebanyak 20 dari 100 orang mengatakan tidak nyaman tinggal atau bertetangga dengan mereka yang berbeda agama. Ada yang menyatakan keengganan untuk mengibarkan bendera Merah Putih, atau ada pandangan untuk mengganti ideologi Pancasila.
Melalui kegiatan Jambore Pelajar tersebut, lanjut Rohim, peserta diajak bertemu dengan mereka yang berbeda agama atau mengunjungi tempat ibadah agama lain, persepsi peserta tersebut bisa berubah. Namun, Rohim tidak yakin hal itu akan bertahan jika lingkungan mereka tinggal tidak mendukung atau mengajarkan hal serupa.
Meski demikian, Rohim meyakini kolaborasi antara Maarif Institute dan berbagai pihak yang telah berjalan selama ini merupakan modal bersama untuk saling bekerja sama menjaga keutuhan Indonesia. Hal itu pula yang selama ini telah ditunjukkan Buya Syafii Maarif semasa hidupnya yang mampu mengayomi beragam kelompok yang kini tugas itu dilanjutkan oleh Maarif Institute.
”Maarif Institute terbuka tidak hanya dengan beragam etnis, agama, dan lain-lain, tapi juga terbuka terhadap semua pemikiran,” ujar Rohim.
Harapan agar gagasan keislaman kebangsaan dan kemanusiaan yang inklusif dari Buya Syafii Maarif dapat terus dikembangkan oleh Maarif Institute juga diungkapkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir. Haedar berpesan agar Maarif Institute juga mengembangkan kolaborasi dengan berbagai pihak agar perannya semakin dirasakan masyarakat luas.
”Bagaimana Maarif Institute dikelola dengan manajemen yang bagus agar semakin punya peran dan publikasi yang luas di masyarakat luas agar ide-ide Buya Syafii Maarif dan Maarif Institute itu menjadi menggelora bagi masyarakat,” ungkap Haedar melalui rekaman video.
Sementara itu, cendekiawan Nahdlatul Ulama Ulil Abshar-Abdalla, dalam testimoninya, mengungkapkan bahwa Maarif Institute sebagai lembaga pencerahan. Sebab, Maarif Institute selama ini terus mengembangkan dan menyebarkan gagasan Buya Syafii Maarif, seperti menghargai perbedaan dan keragaman serta menghindari ekstremisme dan radikalisme dengan mengembangkan sikap kritis terhadap paham keagamaan yang tidak tepat.
”Sikap kritis ini adalah sikap dari Buya Syafii Maarif yang kemudian diteruskan Maarif Institute. Maka, Maarif Institute menjadi fondasi penting bagi civil society yang kuat di Indonesia,” kata Ulil.
Buya Syafii Maarif telah tiada. Namun, rumah Maarif Institute akan selalu terbuka bagi siapa pun yang mau mendalami dan menyebarkan gagasan dan pemikirannya yang melampaui sekat-sekat primordial.
Sumber:
https://www.kompas.id/baca/polhuk/2023/03/01/dari-tebet-merawat-gagasan-buya-syafii-maarif?utm_source=medsos_twitter&utm_medium=link&utm_campaign=medsos_polhuk_auto
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!