Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Maarif Institute untuk melawan intoleransi dan radikalisme yang rentan terjadi di sekolah.
Bentuk kerja sama tersebut salah satunya adalah dengan menggelar pelatihan intensif yang diberikan kepada pengawas internal sekolah. Pelatihan tersebut akan fokus pada peningkatan kapasitas pengetahuan, metode dan pencegahan infiltrasi anti kebinekaan.
Tujuan program ini salah satunya untuk membentengi sekolah dari ancaman intoleransi dan anti kebinekaan. “Melalui program ini, pengawas internal sekolah dipacu untuk mengenali, mendeteksi, mengawasi dan berperan aktif dalam mencegah penetrasi intoleransi dan radikalisme,” ujar Inspektur Jenderal Kemendikbud Muchlis R. Luddin di Gedung Kemendikbud, Jakarta , Rabu, 9 Oktober 2019.
Pelatihanini akan dilakukan di enam enam titik, yaitu Banten, Yogyakarta, Malang, Mataram, Manado, dan Denpasar.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy mengatakan, program ini merupakan wujud komitmen Kemendikbud untuk memastikan sekolah sebagai ruang inkubasi nilai-nilai kebangsaan, kebinekaan dan kemanusiaan.
“Sebagaimana komitmen Presiden Joko Widodo dalam Nawacita, untuk itu revitalisasi peran pengawas sekolah sangat penting,” kata Muhadjir.
Dengan penguatan pengawas ini diharapkan pengawasan internal sekolah bisa maksimal. Memastikan proses pengajaran di sekolah berjalan lancar, menyenangkan, jauh dari anasir-anasir radikal dan anti kebinekaan.
Termasuk mengawasi kinerja kepala sekolah, guru, dan tenaga kerja. Tujuannya agar pembelajaran di sekolah menjadi optimal dan aman bagi siswa.
Sementara itu pendiri Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif menyambut baik program ini. Menurut pria yang akrab disapa Buya Syafii ini, Pancasila harus menjadi ruh dalam pembangunan SDM unggul.
“Pancasila mesti menjadi ruh pembangunan sumber daya manusia yang unggul secara autentik,” ujar Syafii.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!