Jakarta, 29 Agustus 2024 – Di tengah dinamika politik yang kian kompleks di Indonesia, MAARIF Institute kembali menggelar diskusi dalam edisi ke-3 MAARIF House dengan tema “Demokrasi dan Imajinasi Kebangsaan Indonesia.” Acara yang berlangsung pada Kamis, 29 Agustus 2024, di kantor MAARIF Institute, Jakarta, ini menjadi wadah bagi para pemikir, agamawan, dan budayawan untuk berbagi pandangan mereka tentang masa depan demokrasi di Indonesia.

Diskusi tersebut menghadirkan sepuluh narasumber terkemuka dari berbagai latar belakang yang berbeda, memastikan sudut pandang yang kaya dan beragam dalam pembahasan tema utama. Narasumber yang hadir antara lain Adinda Tenriangke, seorang pegiat demokrasi; Agustinus Setyo Wibowo, filsuf dan rohaniawan Katolik; Amin Mudzakkir, peneliti kebangsaan dan demokrasi; Fachry Ali, seorang politolog; Garin Nugroho, sineas sekaligus budayawan; Hendri Saparini, ekonom senior; Jumaldi Alfi, seorang perupa; Lukman Hakim Saifuddin, cendekiawan dan mantan Menteri Agama periode 2014-2019; Sandra Hamid, antropolog dan aktivis demokrasi; serta Yayah Khisbiyah, seorang peacebuilder dan psikolog.

Untuk memastikan diskusi berlangsung dengan lancar dan berfokus pada topik yang diangkat, acara ini dimoderatori oleh Andar Nubowo, Direktur Eksekutif MAARIF Institute. Dalam kata pembukaannya, Andar menekankan pentingnya diskusi semacam ini dalam konteks dinamika politik Indonesia yang tengah menghadapi tantangan besar. “Kita perlu ruang diskusi yang mampu menggali ide-ide segar dan solusi inovatif untuk merespon dan memperkuat demokrasi kita,” ujarnya.

Tema “Demokrasi dan Imajinasi Kebangsaan Indonesia” dipilih dengan tujuan mengeksplorasi bagaimana imajinasi kebangsaan dapat berkontribusi dalam memperkuat demokrasi di Indonesia. Diskusi ini dianggap penting dalam konteks kebangsaan saat ini, terutama dalam menghadapi tantangan yang muncul akibat polarisasi politik dan fragmentasi sosial. Di tengah berbagai tantangan tersebut, imajinasi kebangsaan dipandang sebagai kunci dalam membangun kembali rasa kebersamaan dan solidaritas nasional.

Lukman Hakim Saifuddin, dalam paparannya, menegaskan bahwa agama dan budaya merupakan pilar utama yang menjaga Indonesia tetap kokoh hingga saat ini. 

“Indonesia bisa bertahan sejauh ini karena dua hal, yaitu agama dan budaya,” ujar lukman. 

Menurut Lukman, masyarakat Indonesia sangat agamis dan kuat dalam memegang nilai-nilai budaya yang luhur. Oleh karena itu, dia menilai bahwa para agamawan dan budayawan memiliki tanggung jawab besar terhadap kondisi demokrasi di Indonesia saat ini dan di masa depan.

Lukman juga menekankan pentingnya peran agama dan budaya dalam merawat keberagaman masyarakat Indonesia. Menurutnya, demokrasi adalah sistem yang paling sesuai untuk konteks Indonesia, karena memberikan ruang bagi seluruh elemen masyarakat sipil untuk berperan aktif. 

“Demokrasi memberikan ruang yang luas bagi civil society untuk berperan, dan di situlah letak kekuatannya,” kata Lukman.

Selain itu, Lukman menyoroti bahwa imajinasi kebangsaan harus terus diperkuat, terutama di tengah masyarakat sipil, untuk menjaga semangat demokrasi di tengah tantangan dan perubahan sosial yang cepat. Ia berharap para agamawan dan budayawan tidak hanya menjadi penjaga nilai-nilai luhur bangsa, tetapi juga menjadi inovator yang mampu mendorong transformasi sosial yang positif melalui demokrasi. 

“Demokrasi membutuhkan imajinasi, dan imajinasi itu harus berasal dari akar budaya dan agama karena sangat sesuai dengan konteks keindonesiaan,” tambah lukman.

MAARIF House tidak hanya menjadi ajang berbagi pemikiran, tetapi juga menjadi momen refleksi bagi para peserta untuk melihat kembali peran mereka dalam menjaga dan memperkuat demokrasi di Indonesia. Sebagai penutup, Lukman Hakim Saifuddin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus menjaga harapan dan imajinasi dalam merawat demokrasi Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa peran agamawan dan budayawan sangat sentral dalam upaya tersebut, karena merekalah yang memiliki kemampuan untuk menyentuh hati dan pikiran masyarakat melalui nilai-nilai luhur yang mereka bawa.

Di samping itu, dia berharap besar agar masyarakat Indonesia, terutama para agamawan dan budayawan, terus berperan aktif dalam merawat demokrasi dan menjaga keutuhan bangsa. 

“Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga demokrasi ini tetap hidup dan kuat, demi masa depan Indonesia yang lebih baik,” tutup Lukman. NAH

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

one × 3 =

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.