Policy Brief MAARIF House Edisi Perdana: Agama, Krisis Lingkungan dan HAM

Jakarta, 7 Agustus 2024 – Isu pemberian konsesi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) kepada organisasi masyarakat (ormas) keagamaan telah memicu kontroversi di berbagai kalangan. Kekhawatiran utama adalah dampak yang ditimbulkan, baik dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Selain itu, terdapat keraguan mengenai kesesuaian kebijakan ini dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM) dan ajaran agama.

Melalui Policy Brief ini, kami menyajikan analisis komprehensif dan rekomendasi strategis yang dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah dalam merumuskan kebijakan terkait isu ini. Kami berharap bahwa masukan kami dapat berkontribusi pada pengambilan keputusan yang bijaksana dan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.

MAARIF Institute dengan penuh rasa hormat menyampaikan Policy Brief edisi perdana MAARIF HOUSE dengan tema “Agama, Krisis Lingkungan, dan Persoalan HAM: Izin Tambang bagi Ormas, Maslahah atau Masalah?”. Diskusi terbatas ini diselenggarakan pada Kamis, 18 Juli 2024 dan menghadirkan 15 tokoh terpilih dari berbagai sektor, termasuk sektor publik, swasta-korporat, dan masyarakat madani.

Selamat membaca!

Silakan unduh disini : Policy Brief MAARIF House Edisi 1

Yayasan Ahmad Syafii Maarif Menetapkan Andar Nubowo, DEA., Ph.D. sebagai Direktur Eksekutif, dan Abd. Rohim Ghazali sebagai Senior Fellow

MAARIF Institute, Jakarta, 21 Mei 2024 — Yayasan Ahmad Syafii Maarif yang menaungi lembaga MAARIF Institute for Culture and Humanity telah melakukan rapat yang menetapkan Direktur Eksekutif dan Senior Fellow MAARIF Instute baru. Hasil rapat yang diselenggarakan pada Rabu, 15 Mei 2024, telah merotasi Abd. Rohim Ghazali yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Eksekutif sejak Maret 2019 s.d. Mei 2024, dan mengangkatnya sebagai Senior Fellow di MAARIF Institute. Sedangkan posisi Direktur Eksekutif dipercayakan kepada Andar Nubowo, DEA., Ph.D.

Andar Nubowo merupakan aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) kelahiran Wonosobo, 12 Mei 1980. Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ini mengawali pendidikan tingginya di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Gelar Masternya diperoleh di Ecole des hautes études en sciences sociales (EHESS), Paris-Perancis pada Juli 2008, dalam bidang Ilmu Politik. Sejak 2010, di Ecole Normale Superieure (ENS) Lyon, Paris-Perancis, dirinya menempuh program Ph.D., dan meraih gelarnya pada Desember 2023.

Beberapa tulisan terbaru yang telah dihasilkan oleh Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiiyah (PCIM) Perancis ini, selain menerjemahkan dan menyunting, di antaranya: “Promoting Indonesian Moderate Islam on the Global Stage; Non-State Actors’ Soft Power Diplomacy in the Post-New Order Era”, Muslim Politics Review 2 (2), 2023, p. 238-283; “Covid-19, Fatwas, and Socio-religious Praxis: Muhammadiyah’s Social Engagement and Mission in Coping with the Outbreak in Indonesia”, Social Sciences and Missions 35, 2022, Brill, p. 308–342; « Le hause de l’influence islamiste dans le champ sociopolitique indonésien », in Romain Bertolino, Alexandre Negrus, et Nato Tardieu. (2022), Atlas Géopolitique du Monde Contemporain, Paris: Ellipses, p. 192-195; “The Three Streams Facing Indonesian Muslims: Pulls of Politics”, en Yang Razali Kassim (ed.). (2021), RSIS Commentary Series: Jokowi’s Second Term, Emerging Issues, Singapore: Worlds Scientific, p. 41-44; dan “Grand Narratives in Outer Provinces: Impact of Islam on Politics”, en Yang Razali Kassim(ed.). (2021), RSIS Commentary Series: Jokowi’s Second Term, Emerging Issues, Singapore: Worlds Scientific, p. 27-30.

Selain itu, Andar, begitu sapaan akrabnya, juga aktif dalam melakukan beberapa riset, dengan beberapa riset terbaru: “The Geopolitics of Moderate Islam”, Emory State University, Atlanta, USA., 2024; dan “La sortie d’un islam arabo-musulman centré : la cogestion des autorités indonésiennes et des sociétés civiles musulmanes dans le soft power de l’islam du juste milieu”, IRASEC, Bangkok, Thailand, 2023.

Sedangkan beberapa penghargaan yang pernah dirinya terima, diantaranya: “Bourse d’Islamologie”, Ministry of Europe and Foreign Affairs, France- IRASEC, Bangkok, Thailand, 2023; “UIII COMPOSE Writing Fellowship”, Jakarta, Indonesia, 2022; “Prize Mahar SCHUTZENBERGER”, Paris, France, 2021; dan “Bourse de recherche”, IRASEC, Bangkok, Thailand, 2021.

PERKUAT KAPASITAS GURU AGAMA, MAARIF INSTITUTE GELAR PELATIHAN INKLUSI SOSIAL-KEAGAMAAN

AMBON – MAARIF Institute menyelenggarakan Pelatihan LOVE (Living Our Values Everyday: Penguatan Nilai-nilai Inklusi Sosial-Keagamaan untuk Guru-guru Pendidikan lintas Agama tingkat SMA di Ambon.

Pelatihan yang digelar selama tiga hari, sejak Senin, 27 November sampai Rabu, 29 November 2023 dilaksanakan di The Natsepa Hotel, Ambon.

Kegiatan Ini melibatkan 23 peserta guru agama di Lembaga Sekolah Menengah Atas (SMA/MA/SMK) dan praktisi dengan klasifikasi Lintas agama dan lintas organisasi keagamaan yang meliputi Muhammadiyah, NU, Kristen Katolik dan Protestan.

Pelatihan ini dibuka oleh Direktur MAARIF Institute; Abd. Rohim Ghazali. Dalam paparannya, ia menjelaskan bahwa pelatihan ini dilaksanakan secara massif di sejumlah wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Kegiatan pelatihan penguatan kapasitas ini merupakan wujud implementasi dari gagasan Buya Syafii Maarif tentang kemanusiaan, keragaman dan keterbukaan, yang mencoba membuka cakrawala berpikir para peserta yang mampu menghargai dan menerima perbedaan sebagai rahmat, bukan sebagai ancaman,” ungkap Rohim.

lebih lanjut Rohim menegaskan bahwa “Hidup dalam keragaman itu ibarat memasuki taman bunga yang indah”, tegasnya.

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Moh. Shofan dalam pengantar pembukaan. Ia menjelaskan bahwa kasus-kasus bulliying kini marak dan mengalami peningkatan bahkan mengakibatkan korban meninggal. Sehingga kegiatan pelatihan dengan pendekatan inklusif ini diharapkan mampu mengikis tiga dosa besar itu.

“Bulliying, kekerasan seksual dan intoleransi kini menjadi masalah besar pada dunia Pendidikan. Pelatihan penguatan kapasitas untuk guru-guru SMA ini diharapkan bisa menjadi penyelamat untuk mengatasi tiga dosa besar dalam pendidikan”, terang Shofan.

Narasumber yang hadir dalam seminar ini adalah Hasbollah Toisuta (Direktur Yayasan Sombar Maluku), Abidin Wakano (Direktur ARMC IAIN Ambon), Nancy Soisa (Dosen UKIM AMBON) dan Zainal Arifin Sandia sebagai moderator.

Mengawali sesi pertama, Hasbollah, menjelaskan bahwa pendidikan inklusi ini penting untuk mengikis perilaku intoleransi, kekerasan dan bulying. Kita harus merayakan keberagaman itu untuk berlomba-lomba dalam kebajikan, saling menggelar perjumpaan agar mengenal satu sama lainya. Disinilah tugas guru sebagai unsur penting dalam proses pendidikan untuk mewujudkan inklusi sosial dalam lingkungan sekolah.

Pemateri kedua, Nancy Soisa, menjelaskan bahwa kita harus menjadi manusia yang berprototipe Indonesia di mana semua harus berjalan setara dan adil, tidak boleh ada favoritisme dan berupaya agar anak-anak Indonesia tumbuh dengan perasaan yang sehat.

Narasumber ketiga, Abidin Wakano, mempertegas bahwa setiap anak lahir untuk meraih kemenangan (Born to Win). Setiap anak didik harus dilihat sebagai suatu karya Tuhan yang agung. Mereka terlahir unik, terpilih dan plural.

“Guru harus melihat peserta didik dalam pandangan yang seperti ini, dan pendidikan inklusi sebagai jalan utama untuk mengantarkan anak anak didik sebagai manusia yang merdeka dan menghargai perbedaan”, pungkas Shofan.

Seminar ini berjalan dengan lancar dan penuh antusias dari para peserta pelatihan. Zainal Arifin Sandia selalu moderator menyimpulkan bahwa realitas plural multikultural adalah keniscayaan yang eksistensinya harus direalisasikan oleh lembaga pendidikan secara setara. [DM]

Buya Syafii Maarif Menerima Penghargaan Lifetime Achievement dari Liputan6 Awards 2023

MAARIF Institute – Jakarta – Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif yang dikenal sebagai guru bangsa dan cendekiawan menerima penghargaan Lifetime Achievement dari Liputan6 Awards 2023. Penghargaan ini diberikan atas dedikasinya memperjuangkan isu isu perdamaian, keadilan, kemanusiaan dan toleransi semasa hidupnya.

Acara yang dihelat pada hari jumat (28/10) di Studio 5 Indosiar, Jakarta tersebut di hadiri oleh Abd Rohim Ghazali, Direktur Eksekutif MAARIF Institute mewakili keluarga Buya Syafii Maarif.

Rohim dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada SCTV dan Liputan 6 yang telah memberikan penghargaan Lifetime Achievement untuk Buya Syafii Maarif.

“Buya adalah tokoh yang sangat peduli dengan anak-anak muda, karena kepada merekalah bangsa ini akan diwariskan, dan akan menjadi pemimpin di masa depan,” tutur Rohim.

Lebih lanjut Rohim menyampaikan pesan yang selalu menjadi perhatian Buya sesama hidupnya.

“Beliau selalu berpesan kepada kita untuk tetap menjaga keindonesiaan, perdamaian, serta menjaga prinsip-prinsip kemanusiaan dalam berkarya untuk menjaga keindonesia ini,” tegas Rohim.

“Pluralisme di Indonesia ini seperti taman bunga yang indah, seperti orkestra yang indah yang harus kita jaga bersama-sama dalam tatanan kerjasama keindonesiaan kita,” pungkas Rohim.

Puan Maharani yang hadir memberikan penghargan Lifetime Achievement ini menyampaikan bahwa Buya Syafii merupakan sosok yang selalu memperjuangkan toleransi di tengah keragaman, menjunjung kemanusiaan tanpa memandang ras, selalu kritis terhadap sikap intoleransi dan hak asasi manusia.

“Semua yang dimilikinya menjadi tauladan bagi kita semua hingga saat ini, dan Buya selalu menyuarakan soal moral, soal konstitusi yang harus dijadikan dasar berpolitik dan berdemokrasi hingga saat ini,” pungkas Puan.

Liputan 6 Awards merupakan penghargaan yang diberikan oleh Liputan 6 SCTV. Perhargaan ini diberikan kepada para tokoh yang sudah mendedikasikan dan mengabdikan hidupnya kepada masyarakat dan lingkungan.

Pemberian penghargaan Liputan 6 Awards 2023 terbagi menjadi 5 kategori, di antaranya Penghargaan Kategori Kemanusiaan, Kategori Kesehatan, Kategori Pendidikan, Kategori Olahraga, Kategori Ekonomi Kerakyatan dan UMKM, serta Lifetime achievement. []

MAARIF Institute dan UIII Gelar Acara Syafii Maarif Memorial Lecture (SMML) II

SANGSURYAMU.COM-Depok – Buya Syafii Maarif (Prof. Dr. KH. Ahmad Syafii Maarif) yang dikenal sebagai Guru Bangsa, telah berpulang ke Rahmatullah pada Jumat, 27 Mei 2022. Buya Syafii, bukan hanya dikenal sebagai seorang cendekiawan, guru bangsa dengan kepribadian yang humanis, tetapi juga dikenal sebagai seorang sejarawan yang kritis. Pemikiran-pemikirannya tentang isu-isu keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan, telah membuka pintu gerbang cakrawala keilmuan bagi para penerus bangsa.

Untuk mengenang Buya Syafii Maarif, MAARIF Institute bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) menyelenggarakan kegiatan Syafii Maarif Memorial Lecture (SMML) yang kedua dengan tema, Agama, Politik dan Hak Asasi Manusia: Refleksi atas Kontribusi Syafii Maarif pada Keberagaman Indonesia.

Kegiatan yang dihadiri 200 tamu undangan ini, diawali dengan sambutan dari Ketua Yayasan Ahmad Syafii Maarif, Dr. Rizal Sukma, dan Wakil Rektor UIII Bidang Kerjasama, Riset dan Kelembagaan, Prof. Dr. Jamhari Makruf.

Dalam sambutannya, Rizal Sukma, mengingatkan bahwa sosok guru bangsa seperti Buya Syafii bukan hanya sekadar kita kenang setiap tahunnya, tetapi mesti kita lanjutkan pemikiran-pemikirannya.

“Buya sosok sederhana dalam penampilan, egaliter dalam hubungan sosial, dan sangat kaya ilmu pengetahuan. Beliau selama hidupnya tak kenal lelah mencintai Indonesia. Dalam situasi politik hari ini, meneladani sikap moral Buya Syafii menjadi sangat relevan. Tanpa moralitas yang tak henti disuarakan Buya Syafii, politik menjadi hampa dan tak bermakna” jelas Rizal.

blank

Sementara Jamhari, dalam sambutannya mengatakan bahwa Buya Syafii selama hidupnya didedikasikan untuk kepentingan umat dan bangsa.

“Buya seorang muazin yang selalu memerhatikan kondisi bangsa yang dicintainya. Sikap seperti itu, menurut Jamhari, ia pertahankan sampai akhir hidupnya dengan sepenuh hati dan pikiran”, tambah Jamhari.

“Buya seorang muslim yang inklusif, plural, dan bermoral. Dengan menjadi seorang muslim yang inklusif dibarengi dengan intelektual, maka tak heran jika pemikiran Buya Syafii melintasi batas teritorial. Hal itu menjadikan Buya bukan sekadar sebagai sosok intelektual muslim yang melintasi batas agama dan teritorial, tetapi sikap hidupnya menjadi teladan baik untuk anak-anak bangsa”, tegas Jamhari

Kegiatan Memorial Lecture ini menegaskan bahwa kita bukan hanya mewarisi pemikiran-pemikiran Buya Syafii, tetapi juga melanjutkan dan meneladani sikap hidupnya yang sederhana”, pugkas Jamhari.

Dalam kegiatan ini, MAARIF Institute menghadirkan Prof. Dr. Greg Fealy, (Sejarawan Politik dari Australia National University- ANU) untuk menyampaikan pidato kebudayaan memperingati setahun wafatnya Buya Syafii. Acara ini dimoderatori oleh M. Rifqi Muna.

Mengawali pemaparannya, Greg, menyatakan bahwa ia tidak mengenal Buya Syafii dengan dekat, namun secara personal, ia telah mengikuti perjalanan karir Buya secara mendalam, terutama pada momen-momen penting dalam kehidupan publik masyarakat Indonesia manakala isu agama dan politik sedang menjadi perdebatan.

blank

Dalam pandangan Greg, Buya Syafii bukan hanya seorang intelektual semata-mata namun juga mantan jurnalis yang memahami bahwa menulis di media adalah soal untuk mendapatkan impact dan hal ini membutuhkan bahasa dan metafora yang gamblang. Buya, lanjutnya, tidak ingin sekadar menjadi kolumnis yang menulis opini-opini yang menyenangkan dan sedikit menggugah. Beliau ingin merenggut perhatian pembaca, menantang mereka, dan menjadikan mereka berpikir.

Lebih jauh, Greg, memotret ketokohan Buya Syafii sebagai tokoh yang konsisten dalam menerapkan prinsip-prinsipnya, lebih sistematis dan tekun dalam intelektualismenya, dan lebih bergairah dalam mengecam para pemimpin politik dan agama yang menjadi pelaku kesalahan. Indonesia, dan bahkan setiap negara, membutuhkan sosok seperti Buya Syafii yang merupakan lentera perjuangan etika, kerendahan hati pribadi, dan kekuatan karakter dalam menghadapi kesulitan yang besar.

“Kita menghargai dan menghormati kenangan terhadap Pak Syafii dan semua yang telah beliau lakukannya untuk menjadikan Indonesia dan dunia menjadi tempat yang lebih baik”, jelasnya.

Kegiatan ini diawali dengan hiburan tarian Betawi yang diperagakan oleh mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, dan puisi berjudul Muadzin Bangsa yang dibawakan oleh Penyair Gaus AF. (DM)

MAARIF Institute: Melarang Shalat Ied, Melanggar Konstitusi

Siapa pun, tidak usah sebut nama, kepala daerah yang melarang, atau tidak mengizinkan shalat Ied pada hari Jumat, 21 April 2023, itu jelas merupakan bentuk pelanggaran terhadap konstitusi.

Apakah termasuk mereka yang melarang penggunaan fasilitas umum untuk shalat Ied? Jawabannya iya. Bahkan termasuk pelarangan penggunaan fasilitas negara. Karena fasilitas negara itu pada hakikatnya milik rakyat. Pejabat negara bisa menggunakan fasilitas negara karena mendapat mandat dari rakyat. Kalau ada pejabat negara melarang rakyat shalat Ied menggunakan fasilitas negara maka pejabat itu, selain melanggar konstitusi, juga mengkhianati mandat yang telah diterimamnya dari rakyat.

Oleh karena itu pula, kami mengapresiasi pejabat negara yang memberikan fasilitas kepada umat Islam untuk melaksanakan shalat Ied, meskipun mungkin waktunya tidak sama dengan yang ditetapkan pemerintah. Kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta beribadah sesuai agama dan keyakinannya merupakan hak setiap warga negara yang dijamin oleh konstitusi UUD NRI 1945 Pasal 28E ayat (1) dan Pasal 29 ayat (2). Hak dan jaminan ini tidak berkurang sedikit pun kadar dan substansinya dalam kondisi apa pun.

MAARIF INSTITUTE DORONG KEMENDIKBUDRISTEK BERTINDAK TEGAS DALAM KASUS UNIVERSITAS TEUKU UMAR

Jakarta – MAARIF Institute. Pada 7 April 2023, DPM Universitas Teuku Umar (UTU) Meureubo Aceh Barat, melalui akun resmi Instagram memosting ucapan selamat memperingat Jumat Agung bagi umat Kristiani. Flyer dalam postingan itu kemudian tersebar dan mendapatkan protes dari alumni yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Alumni Universitas Teuku Umar (IKA UTU). Pada hari yang sama, akun dpm.utu memosting surat bernomor 01/A/DPM-UTU/IV/2023 terkait permintaan maaf atas postingan ucapan Jumat Agung.

Merespons hal itu, Rektor UTU, Dr. Ishak Hasan, mengadakan pertemuan dengan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Barat dan Alumni UTU. Hasil pertemuan itu berupa pemecatan perwakilan DPM UTU pada 10 April 2023. Tak hanya itu, mahasiswa tersebut disyahadatkan ulang karena dipandang telah murtad secara perbuatan. Mereka beranggapan bahwa ucapan selamat itu bertentangan dengan ajaran Islam. Tak berhenti sampai di sana, pengurus DPM juga diminta untuk membuat video permohonan maaf, serta salah satu di antara mereka digunduli.
Menanggapi hukuman tersebut, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd. Rohim Ghazali, mengungkapkan bahwa menggunduli mahasiswa merupakan cara merendahkan hak asasi manusia. Terlebih, ucapan hari raya keagamaan merupakan salah satu ranah khilafiah dalam Islam yang harusnya bisa disikapi dengan lebih bijaksana.

“Kalau mau kita lihat secara jujur, kejadian ini menambah daftar panjang praktik buruk dalam dunia Pendidikan. Kampus yang harusnya menjadi tempat persemaian kebinekaan malah menjadi ruang yang sangat sempit. Ironisnya, hal itu dilakukan oleh UTU yang merupakan universitas negeri. Jelas ini bertentangan dengan semangat Kemendikbudristek untuk menghapuskan tiga dosa besar dalam dunia Pendidikan, di mana intoleransi menjadi salah satunya,” ujar Rohim.

Rohim mendesak agar Kemendikbudristek bertindak tegas menanggapi kejadian ini. Pemecatan perwakilan DPM UTU merupakan bentuk kesewenang-wenangan Rektor. Padahal konstitusi menjamin kebebasan untuk mengeluarkan pendapat. Terlebih, kejadian ini bertentangan dengan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka yang sedang didorong Kementerian yang dinahkodai Nadiem Makarim.

Hal senada disampaikan oleh Moh. Shofan, Direktur Program MAARIF Institute. Menurutnya, UTU tidak menghormati hak asasi manusia. Padahal civitas akademika di dalamnya berasal dari berbagai suku dan agama. “Sejatinya, kebebasan berekspresi dan kebebasan beragama merupakan hak asasi manusia. Ucapan selamat seperti itu merupakan wujud toleransi antarumat beragama. Bahkan mungkin menjadi wujud sebenarnya dari Pancasila dalam perbuatan seperti yang selama ini diperjuangkan Buya Syafii Maarif,” tegasnya.

Selama Dua Dekade, MAARIF Institute Konsisten Merawat Pemikiran Buya Syafii

Jakarta– Mensyukuri dua dekade, MAARIF Institute tahun ini menggelar rangkaian acara ‘Tadarus Ramadhan’ dengan menggandeng alumni Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan (SKK), alumni Jambore yang tersebar di sejumlah daerah, yang meliputi Sumatra (Padang, Bengkulu) Sulawesi (Makasar dan Manado) dan pulau Jawa (Bogor, Kuningan dan Malang). Acara ini bertujuan untuk mensosialisasikan pemikiran keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan Buya Syafii Maarif, khususnya di kalangan generasi milennial di seluruh penjuru tanah air.

Direktur Program MAARIF Institute, Moh. Shofan, mengatakan kegiatan yang dilakukan melalui layar aplikasi zoom ini, bisa menjadi ruang sekaligus arena perjumpaan yang memungkinkan generasi muda dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman antarsesama yang memiliki latar belakang identitas yang berbeda, baik agama, etnis, suku, bahasa maupun budaya. “Kerja sama dengan berbagai pihak mesti kita lakukan agar masyarakat, terutama generasi milennial, memiliki kesadaran dan tanggungjawab bersama untuk mewarisi serta melanjutkan pemikiran Buya Syafii”, jelasnya.

Bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB), UIN Imam Bonjol, Padang, dan UIN Mahmud Yunus, Batusangkar, Padang, acara yang bertemakan, “Konsistensi MAARIF Institute dalam Merawat Pemikiran Buya Syafii” ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Abd. Rohim Ghazali (Direktur Eksekutif MAARIF Institute), Didi Rahmadi (UMSB), Nuraini (UIN Imam Bonjol, Padang). Acara ini dimoderatori oleh Deri Rizal (UIN Mahmud Yunus, Batusangkar, Padang).

Mengawali pemaparannya, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd. Rohim Ghazali mengatakan pemikiran Buya Syafii masih sangat relevan dalam memotret kondisi bangsa saat ini, utamanya pemikiran kritis terkait dengan isu keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, kebinekaan, dan keadilan sosial. “Semasa hidupnya, Buya selalu mengingatkan masyarakat untuk menyadari bahwa kondisi Indonesia yang beragam bisa rawan diprovokasi oleh kelompok yang memiliki kepentingan. Kondisi ini berpotensi memunculkan konflik di tengah isu politik identitas yang mulai bermunculan, apalagi jelang pemilu 2024”, pungkas Rohim.

Menurut Rohim, kecintaan Buya pada Indonesia bukan hanya harga mati, melainkan suatu keharusan. “Beliau ingin bangsa Indonesia tetap utuh sampai satu hari menjelang kiamat,” tuturnya.

Sementara narasumber kedua, Nuraini, yang merupakan alumni SKK MAARIF Institute, memaparkan bahwa Buya Syafii, merupakan tokoh Intelektual Muslim yang pemikiran-pemikirannya senantiasa berlandaskan kepada semangat moral agama. Pemikirannya tentang keagamaan mampu menjadi petunjuk moral bagi setiap masyarakat Indonesia dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa ini, jika diterapkan dengan benar dan adil atas nama kemanusiaan.

“Semangat Buya dan perjalanan intelektual yang awalnya begitu menggebu-gebu ingin mendirikan negara Islam hingga menjadi sosok tokoh pembela demokrasi dan pancasila sebagai sebuah bentuk ajaran moral bagi masyarakat Indonesia, harus menjadi cermin moral buat generasi selanjutnya”, jelas Nuraini.

Hal yang sama dikatakan oleh Didi Rahmadi, bahwa ketokohan Buya Syafii sebagai Kompas moral bangsa hingga hari ini belum tergantikan.  Pesan pesan moral Buya, bahwa nilai-nilai keislaman harus mampu bergandengan erat dengan nilai-nilai keIndonesiaan dan kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga tercipta hubungan yang harmonis di tengah keragaman perlu dilanjutkan oleh generasi muda.

Acara yang dihadiri tidak lebih dari 100 orang peserta ini diharapkan mampu mendorong anak-anak muda untuk berpikir konstruktif, progresif dengan terobosan dan inovasi baik itu dalam bidang politik, sosial, agama, kemasyarakatan untuk melawan segala bentuk distorsi yang dapat menyebabkan perpecahan bangsa.

Memasuki Dua Dekade, MAARIF Institute Perkuat Jaringan dengan Anak Anak Muda untuk Melanjutkan Pemikiran Buya Syafii

Jakarta– MAARIF Instiitute tahun ini genap menapaki dua dekade perjalanan sebagai sebuah lembaga yang sedari awal didirikan pada 2003 telah berkomitmen mengawal dan memperkuat kebhinekaan di tengah hantaman dan krisis yang ditandai dengan meningkatnya suhu sektarianisme, intoleransi, ekstremisme kekerasan dan konflik komunal.

Nilai-nilai toleransi perlu didorong menjadi isu utama di kalangan kaum muda, melalui berbagai ragam kegiatan yang bisa memberikan keterampilan kepada mereka untuk mengkampanyekan nilai nilai toleransi guna mencegah pengaruh ekstremisme yang semakin massif.

MAARIF Institute bekerjasama dengan (Madrasah Intelektual Ahmad Syafii Maarih (MI-ASM), IAKN Manado dan IMM menggelar acara Tadarus Ramadhan melalui aplikasi zoom, bertajuk, ‘Mensyukuri Dua Dekade MAARIF Institute’, dengan tema, “Buya Syafii dalam Pandangan Tokoh Agama, Tokoh Budaya, dan Kelompok Minoritas Sulawesi Utara”.

Acara ini dihadiri oleh sejumlah narasumber, di antaranya, Denni Pinontoan (Dosen Sosiologi Agama IAKN Manado), Amato Assagaf (Imam Besar Padebokan Puisi Amato Assagaf) dan Hafiz Ahmad Mutu (Jemaat Ahmadiyah Indonesia-Manado). Acara ini dimoderatori oel Nurfadillah (Dosen Universitas Sawerigading Makassar).

Dalam sambutannya, Direktur Program MAARIF Institute, Moh. Shofan, menyampaikan bahwa kegiatan tadarus Ramadhan tahun ini, dimaksudkan untuk mensyukuri dua dekade MAARIF Institute, serta bertujuan untuk mempopulerkan gagasan keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan Buya Syafii Maarif, khususnya di kalangan generasi millennial di seluruh penjuru tanah air.

“MAARIF Institute, lembaga yang concern terhadap isu-isu keagamaan, keindonesiaan, dan kemanusiaan, tahun ini genap memasuki perjalanan dua dekade, merasa penting untuk mengangkat tema toleransi dan penguatan kebinekaan demi menjaga keutuhan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Buya Syafii Maarif. Kegiatan ini bekerjasama dengan para alumni SKK, alumni Jambore yang tersebar di sejumlah daerah: Sumatra (Padang, Bengkulu) Sulawesi (Makasar dan Manado) dan pulau Jawa (Bogor, Kuningan dan Malang)”, kata Shofan.

Mengawali pemaparannya, Denni Pinontoan, menyampaikan harapan besar kepada MAARIF Institute yang kini berusia 20 tahun. Menurutnya, MAARIF Institute dalam perjalanannya telah banyak melakukan kerja-kerja kemanusiaan dan mewarnai diskursus tentang isu toleransi, kebhinekaan, kebangsaan dan kemanusiaan dengan mendasarkan pada pemikiran Buya Syafii Maarif. “Buya Syafii, tidak sekedar berbicara, atau menulis tentang tema kebangsaan dan kemanusiaan, namun turut mengimplementasikannya di masyarakat. Pemikiran dan lakunya adalah washilah menuju gerbang perdamaian. Buya Syafii, dikenal sebagai tokoh yang berani dan kritis namun tetap menghargai siapapun yang tidak sependapat atau bahkan mengkritik pandangannya”, jelas Denni.

Sementara Hafiz Ahmad Mutu, mengatakan bahwa Buya Syafii, di samping sosok negarawan, guru bangsa, juga dikenal sebagai cendekiawan lintas agama, seorang tokoh yang menjadi kekuatan bangsa karena memiliki etika hidup dan keteladanan moral dan agama. Sosok Buya menjadi angin segar, harapan, dan iman yang membela kaum minoritas. Buya adalah orang yang berdiri di atas nilai yang diyakininya benar, bukan mengikuti kemauan orang banyak.

Hal yang sama dikatakan oleh Amato Assagaf, bahwa Buya Syafii selama hidupnya kerap tampil bersama para tokoh budaya dan tokoh agama lain dalam berbagai gerakan moral lintas agama. “Buya Syafii merupakan tokoh yang sangat mudah bergaul dengan siapapun, tanpa membeda-bedakan suku, ras dan agama serta dapat mengayomi seluruh bangsa Indonesia dengan etika hidup dan keteladanannya”, kata Assagaf.

Acara ini dihadiri tidak kurang dari 100 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa, aktivis, dosen, dan masyarakat. Dalam acara ini, moderator juga membagikan lima buah buku terbaru karya Buya Syafii kepada para peserta yang beruntung. Buku ini diharapkan bisa menjadi energi baru dalam upaya mensosialisasikan gagasan dan cita-cita sosial Buya Syafii, baik di ranah keislaman, kebangsaan yang mengusung nilai-nilai keterbukaan, kesetaraan dan kebhinnekaan yang dapat diwariskan kepada anak-anak bangsa. []

MEMBUMIKAN GAGASAN KEBANGSAAN BUYA SYAFII, MAARIF INSTITUTE GELAR JAMBORE PELAJAR

Jakarta – MAARIF Institute kembali menyelenggarakan acara Jambore Pelajar Teladan Bangsa IX 2022, sejak pertama kali digelar pada 2012. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, pada 27 – 30 Desember 2022, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta. Kegiatan yang bertujuan untuk membangun ketahanan komunitas berbasis sekolah, utamanya para pelajar ini diikuti oleh  100 pelajar yang berasal 59 kota/kabupaten, dan 21 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka berasal dari Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Acara yang diselenggarakan tiap tahun ini sempat terhenti selama 2 tahun, pada 2020 dan 2021, karena pandemi Covid-19.

Dalam sambutan pembukaan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP. mengingatkan para pelajar yang terpilih melalui seleksi ini untuk menjaga semangat persatuan dan kebinekaan. Muhadjir juga menyinggung berbagai ancaman yang membahayakan persatuan bangsa, seperti paham radikalisme dan intoleransi yang menyebar di media sosial. “Saya mendukung penuh kegiatan jambore pelajar ini sebagai upaya untuk membangun karakter bangsa sesuai dengan ideologi Pancasila dengan berbagai ragam aktivitas untuk menyibukkan pelajar dengan aktivitas yang positif. Terlebih, nilai-nilai yang diusung MAARIF Institute hingga dikatakan seorang menjadi Pelajar Teladan berupa berakhlak mulia, berpikir secara local-nasional-global, gotong royong, mandiri, kritis, dan kreatif, sejalan dengan apa yang digariskan oleh Kemenko PMK,” jelas Muhadjir.

Sementara, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd. Rohim Ghazali, mengatakan bahwa kegiatan jambore ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai toleransi, inklusivisme dan kebinekaan serta mengarusutamakan nilai-nilai kebangsaan yang moderat, toleran, dan inklusif di kalangan pelajar. “Kegiatan ini memiliki sisi positif dalam membangun karakter pelajar. Tentu ini bukan hal yang mudah bagi peserta jambore untuk tinggal jauh dari orang tua karena mereka dituntut untuk mandiri dan mampu mengurus kebutuhannya sendiri, mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan, dan menyelesaikan tugas-tugas selama kegiatan berlangsung,” kata Rohim.

Bentuk kegiatan jambore ini menggunakan metode antara model pembelajaran dalam dan luar ruangan serta memadukan model kompilasi teori dan praktik di lapangan dengan harapan bisa memberikan konteks pada teks yang disajikan. “Kegiatan-kegiatan dalam ruangan seperti ceramah, pemutaran dan diskusi film; serta kegiatan di luar ruangan, seperti simulasi, bermain peran, permainan edukatif, dan kunjungan kepada komunitas lintas agama dan budaya, diharapkan membuat peserta menjadi lebih bersemangat dan termotivasi dalam pembelajaran serta memperkuat nilai-nilai toleransi dengan melakukan perjumpaan dan dialog lintas agama dan budaya,” jelas Pipit Aidul Fitriya, selaku Koordinator kegiatan Jambore Pelajar.

Semua rangkaian kegiatan Jambore ini ditujukan bagi generasi penerus agar dapat mewarisi cita-cita dan pemikiran-pemikiran inklusif Buya Syafii, yang selama hidupnya tak pernah berhenti menyuarakan nilai-nilai toleransi, pluralisme, kemanusiaan, dan keadilan sosial. Juga, agar menjadi bagian dari pemecah masalah (problem solver) dalam berbangsa dan bernegara.

“Semoga pemikiran dan gagasan Buya Syafii bisa menjadi spirit bagi kalangan generasi muda, dan mampu menjadi wadah bagi terbentuknya jejaring intelektual muda dari berbagai daerah dan pelosok di Indonesia, sebagai jangkar bagi penyemaian berbagai ide dan gagasan besar Buya Syafii,” jelas Pipit. []